DEMOKRASI.CO.ID - Selain perlu belajar politik sebagai Walikota Solo, peluang Gibran maju pemilihan presiden (Pilpres) 2024 akan terganjal penolakan dari berbagai kelompok.
Demikian disampaikan pengamat politik Universitas Nasional, Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (2/1).
Menurut Andi, putra sulung Presiden Joko Widodo itu akan mendapatkan penolakan dari PDIP dan Partai-partailainnya.
Selain itu, penolakan pada Walikota Solo terpilih itu datang dari publik.
Saat Gibran akan maju Pilgub atau Pilpres, publik akan menganggap belum cukup umur dari sisi kepemimpinan.
"Gibran akan menghadapi resistensi yang sangat kuat, baik dari dalam PDI-P sendiri maupun dari partainya lain. Resistensi kedua datang dari publik, ini karena Gibran dianggap ‘belum cukup umur’ dari sisi kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan," demikian analisa Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (2/1).
Lebih lanjut, dalam analisa Doktor Politik Universitas Padjajaran ini, kelompok Islam santri juga akan menolak ambisi Gibran dalam meraih kekuasaan yang lebih tinggi dari Walikota Solo.
Kata Andi, kelompok Islam secara ideologis akan menolak trah Jokowi yang dianggap kurang hijau.
Atas realitas politik itu, Andi menyarankan pada Gibran lebih memilih tampil sebagai Walikota yang baik, lebih banyak belajar politik kepemimpinan dan semaksimalam mungkin memanfaatkan amanahnya sebagao Walikota dengan membangun jaringan politik dengan semua elemen publik.
"Jika Gibran punya cita2 menjadi Presiden sebaiknya mulai saat ini harus tampil sebagai ‘anak’ yang baik, banyak belajar, membangun jaringan kepada semua elemen publik," pungkas Andi.
Banyak kalangan yang mengendus bahwa paska Gibran menjabat Walikota, ia juga berambisi berkontestasi di Pilpres 2024.(RMOL)