DEMOKRASI.CO.ID - Pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, yang menyebut agama itu bukan aspirasi dinilai tidak tepat. Pasalnya, relasi antara agama dan negara di Indonesia mengalami proses dialektis.
Begitu disampaikan Ketua Umum Ikatan Alumni (IKAL) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, TB Ace Hasan Syadzily, saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk "Refleksi Pemikiran Alumni UIN", Senin (4/1).
"Kalau ada pandangan yang mengatakan bahwa seperti mempertentangkan antara inspirasi dan aspirasi (terkait agama), saya kira itu pandangan yang perlu diluruskan," tutur Ace.
"Kenapa? Karena, bahwa agama sebagai inspirasi, iya. Tetapi, selagi hubungan antara agama dan negara itu mengalami proses dialektis, maka akan selalu muncul agama sebagai aspirasi juga," imbuhnya menegaskan.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini mengurai, di negara demokrasi semua warga negara dari berbagai latar belakang apapun termasuk agama, itu memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi. Terlepas dari pemahaman agama apapun yang dianutnya.
"Jadi, kalau dikatakan agama hanya sebagai inspirasi dan agama ditutup sebagai aspirasi, saya kira itu pandangan yang, mohon maaf, tidak tepat, mempertentangkan antara inspirasi dan aspirasi," ucapnya.
Ace menambahkan, dalam konteks historis maupun yuridis di Indonesia, relasi antara agama dan negara di dalam law process making-nya, terutama dalam proses kebijakan publik, itu simbiosis mutualisme.
"Harus diakui bahwa formalisme agama di dalam proses kebijakan publik kita itu memang nyata adanya. Misalnya, UU Zakat, itu kan sebenarnya memformalkan ajaran Islam diadopsi sepenuhnya oleh hukum resmi dari negara yang diejawantahkan di dalam UU. Kemudian UU Perkawinan itu juga diadopsi dari Fiqih Munakahat. UU Perbankan Syariah itu juga kan memformalisasi ajaran Islam menjadi hukum positif. Demikian pula soal Haji dan Umrah," papar Ace Hasan.
Termasuk juga UU Jaminan Produk Halal, UU Pesantren, yang disebut Ace sebagai aspirasi, bukan insprasi. Itu adalah sebuah aspirasi yang kemudian diformalkan dalam law process making kita menjadi sebuah UU.
"Nah, perspektif inilah yang saya kira memang akan selalu muncul di dalam proses dialektika hubungan antara agama dan negara. Dan saya ingin menegaskan bahwa posisi kita sendiri sesungguhnya proses politik di dalam relasi antara agama dan negara. Tentu yang terpenting buat kita adalah soal substansi dalam kehidupan kenegaraan kita," demikian Ace.
Yaqut Cholil Qoumas sempat menyatakan ada banyak hal yang ingin dikerjakannya dalam jabatannya sebagai Menteri Agama. Ia ingin menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi.
"Sebenarnya banyak yang mau dikerjakan, tetapi kalau mau dirangkum itu hanya menjadi satu kalimat pendek, yaitu bagaimana membuat agama itu sebagai inspirasi, bukan aspirasi," kata Gus Yaqut usai pelantikan di Istana Negara Jakarta, Rabu lalu (23/12). (*)