DEMOKRASI.CO.ID - Sosok gelandangan yang ditemui Menteri Sosial Tri Rismaharini masih dipertanyakan hingga saat ini.
Pasalnya, terdapat dua orang yang berbeda yang sama-sama mengakui foto yang beredar saat ditemui Risma merupakan diri mereka masing-masing.
Di mana, salah satu pria yang mengaku bertemu Risma bernama Kastubi yang kini sedang berada di Balai Rehabilitasi Sosial eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEG) Pangudi Luhur, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sementara itu, ada juga pria yang bernama Nursaman (70) yang juga mengakui bahwa ia bertemu dengan Risma di Thamrin pada Senin (4/1) pagi seperti foto yang beredar.
Saat ditemui Kantor Berita Politik RMOL di Jalan Minangkabau Timur, Jakarta Selatan, Nursaman atau akrab disapa Nur ini juga mirip dengan foto yang beredar.
Yaitu, mempunyai rambut yang berwarna putih, mempunyai jenggot dan bewok, serta kumis yang warnanya sama.
Nur pun juga mempunyai warna kulit sawo matang seperti foto saat ditemui Risma.
Saat ditunjukkan foto seorang gelandangan yang sedang duduk di depan ruko berwarna merah dengan menggunakan topi berwarna hitam, baju warna cokelat dan celana panjang, Nur pun mengakui bahwa pria tersebut merupakan dirinya.
"Ya iya lah, itu kan saya itu. Nih hidung, dari hidung, kelopak mata, rambut, topi nih terbang ini, nah ini sendal yang satu merah yang satu biru, tapi yang satu kehalangan," ujar Nur kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (7/1).
Namun, saat ditanyai soal pakaian seperti yang ada di foto, Nur mengaku bahwa sendalnya dibuang, topinya hilang, dan bajunya diganti.
"Gak ada, orang di buang. Sama saya lah, diganti sama ini (nunjukin sendal lain)," katanya.
Sementara itu dalam pantauan Kantor Berita Politik RMOL, Nur tidak mengenakan sandal saat hilir mudik mencari sisa kardus dan barang bekas lainnya di Jalan Minangkabau Timur.
Nur pun terlihat menggunakan aksesoris. Seperti gelang, cincin batu dan kalung.
Namun, hal itu berbeda dengan foto saat bersama Risma. Pada foto itu, pria tersebut tidak terlihat menggunakan aksesoris apapun ditubuhnya seperti Nur.
"Nih liat dari hidung, mata saya, rambut saya, sama kuping keliatan. Terus tangan saya gak keliatan sih ini gambar (tato) ininya. Kalau yang ngaku-ngaku, persis gak rambutnya, atau tangannya, kalau saya ada gambarnya. Iya tatonya, kalau dia gak ada gambar tatonya bukan saya berarti," jelasnya.
Sementara itu kata Nur, cincin yang ia gunakan merupakan cincin yang selalu ia pakai. Karena, cincin tersebut merupakan warisan dari orang tuanya.
"Nah Nih cincin dari warisan emak nih peninggalan, gak pernah hilang. Tapi ini (foto) gak ada cincin ya? Gak ada cincin. Iya saya pakai terus (cincin)" katanya.
Untuk gelang sendiri, Nur mengaku suka melepasnya ketika hendak masuk ke toilet.
"Kalau gelang sih enggak (sering dipakai), kadang-kadang kalau buang air saya taro," pungkasnya.
Selain itu, Nur pun mengaku mempunyai keluarga di daerah Jalan Minangkabau Timur. Ada istri dan anaknya.
Istrinya, berjualan es kelapa. Sedangkan anaknya, menjual kursi kantoran.
Nur mengaku tidak tinggal bersama keluarganya karena merasa tidak dipedulikan dan keluarganya tidak pernah mengajak untuk tinggal bersama.
Sehingga, Nur lebih memilih tidur di emperan jalan maupun emperan ruko di sekitar tempat istri dan anaknya usaha. (RMOL)