DEMOKRASI.CO.ID - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi masih berpotensi terjadi erupsi eksplosif.
“Erupsi eksplosif masih mungkin terjadi di Gunung Merapi. Potensi bahaya erupsi eksplosif ini berupa lontaran material vulkanik dalam radius 3 km dari puncak," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Jumat (29/1/2021).
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut mengingat awan panas guguran dan lahar hujan dapat terjadi sewaktu-waktu.
“BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali,” tuturnya, Jumat (29/1/2021).
Sebelumnya, BPPTKG menyatakan, berdasarkan hasil foto pantauan udara, jarak luncur awan panas Gunung Merapi pada Rabu lalu mencapai hingga 3,5 km.
“BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali,” tuturnya.
Ia menjelaskan, jarak luncur awan panas guguran masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan, yaitu pada jarak maksimum 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Saat ini awan panas masih berpotensi terjadi di Gunung api teraktif di Indonesia tersebut.
"Daerah yang berpotensi bahaya awan panas guguran dan guguran lava adalah alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km," katanya. (*)