DEMOKRASI.CO.ID - Keberadaan buzzer di media sosial kerap menuai polemik karena dianggap selalu menyerang pihak-pihak yang berbeda pendapat. Anggota Komisi III DPR F-PDIP Arteria Dahlan menyebut buzzer saat ini memainkan peran dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Bahkan, menurut Arteria Dahlan, buzzer bisa menjadi antek-antek penguasa kapital, penguasa tanah, hingga pihak-pihak yang mempengaruhi kepentingan rakyat.
"Sekarang ini tak hanya SARA, yang berkaitan dengan hidup orang banyak, buzzer ini sudah me-framing sampai kepada nilai kebenaran. menjadi antek-anteknya para penguasa kapital, para penguasa tanah, main dan mendukung markus-markus (makelar kasus) tanah," ujar Arteria saat diskusi polemik Trijaya, Sabtu (29/1).
"Jadi tak hanya soal urusan politik, komersial, tapi multi aspek, tapi juga kepentingan hak-hak rakyat, akses publik. Ini harus diatensi dalam penegakan hukum," lanjutnya.
Dalam penegakan hukum terhadap buzzer yang kerap memprovokasi dan melawan hukum, Arteria menyebut Polri melalui unit siber tak bisa bekerja sendiri, namun juga butuh dukungan semua pihak.
"Polri dengan segala kelengkapan dan keterbatasannya, tidak bsa bekerja efektif karena sumber masalah itu kan di lapangan, makanya ini butuh peran serta semua pihak," ucapnya.
Arteria menegaskan PDIP selalu konsisten dalam upaya penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang sudah memainkan SARA dalam kehidupan berdemokrasi. Ia dan PDIP tak ingin demokrasi malah menjadi alasan untuk memecah belah bangsa.
"Intinya PDI-Perjuangan selalu konsisten, walaupun juga sering di-bully, bagaiaman ini menjaga keutuhan NKRI, sehingga segala giat-giat penegakan hukum terkait ras, suku, golongan, SARA, menjadi fokus PDIP. PDIP memberi atensi dukungan penuh institusi penegak hukum untuk bisa istikamah dan cermat," tegasnya.
"Jangan sampai atas nama kebebasan berpendapat, demokrasi, saya katakan nontonlah video Syria (Suriah), jangan sampai seperti Syria, kita ini sedang ada bibit-bibit seperti Syria, bagaimana perpecahan dilegalkan atas nama demokrasi," imbuhnya.
Kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para milenial, Arteria mengingatkan masalah jati diri bangsa saat berdemokrasi.
"Saya imbau anak-anak milenial boleh berdemokrasi, bermacam-macam tapi pahami negeri ini, siapa kita? Kita ini bangsa yang terlahir dari perbedaan, makanya butuh Pancasila, kesepakatan di konstitusi," pungkasnya.
Belakangan, sosok buzzer kembali menjadi perbincangan publik saat pegiat media sosial Permadi Arya atau Abu Janda dipolisikan karena diduga menghina eks Komisioner HAM asal Papua Natalius Pigai dan cuitan soal Islam arogan. Imbas dari pernyataan kontroversi ini, Abu Janda dipolisikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Ini bukan kali pertama Abu Janda berurusan dengan hukum. Sebelumnya, ia sudah empat kali dilaporkan ke polisi atas berbagai kasus. Sayangnya, kasus-kasus ini tak ada kabur lanjutannya. []