logo
×

Senin, 07 Desember 2020

Ustadz Maaher Nilai Kasusnya Bukan Kriminalisasi Ulama: Ini Justru Pembelajaran

Ustadz Maaher Nilai Kasusnya Bukan Kriminalisasi Ulama: Ini Justru Pembelajaran

DEMOKRASI.CO.ID - Soni Eranata atau dikenal juga sebagai ustadz Maaher At Thuwailibi jadi tersangka atas kasus penghinaan terhadap ulama karismatik Nahdlatul Ulama Habib Luthfi bin Yahya. Ada pihak yang menyudutkan Polri dengan menyebut ini adalah kriminalisasi terhadap ulama. Benarkah demikian? Simak pengakuan langsung Maaher.

detikcom mewawancarai Maheer di Bareskrim Polri, Trunojoyo, Jakarta Selatan, Sabtu (5/12/2020) petang. Pria berkacamata ini mengenakan gamis warna abu-abu dibalut rompi tahanan warna oranye. Dia juga mengenakan peci warna putih.

Maaher melempar senyum saat disapa. "Alhamdulillah sehat," katanya mengawali perbincangan saat ditanya soal kondisinya di tahanan.

Makan enak, tidur tak nyenyak. Begitu pengakuan Maaher saat ditanya soal kondisinya mendekam di tahanan sambil menanti proses hukum atas kasusnya. Maaher mengatakan hidupnya jauh lebih enak tinggal bersama istri dan dua anaknya (masing-masing 3 tahun dan 1 tahun) di rumah kontrakan dua kamar di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat.

Meski begitu, Maaher mengaku selama diperiksa dan di dalam tahanan, dirinya diperlakukan baik oleh penyidik di Direktorat Siber Bareskrim Mabes Polri. Padahal, diakui Maaher dalam video di YouTube, dia pernah melontarkan kritikan ke Polri.

"Saya pengen banyak belajar dari bapak-bapak penyidik baik-baik, masyaAllah. Penyidik baik-baik, pengertian dan mereka begitu kooperatif dalam menjalankan tugas," ujar Maheer.

Karena itu, Maaher sendiri tidak sependapat jika ada pihak yang menyatakan polisi melakukan kriminalisasi terhadap ulama. Menurut Maaher, polisi hanya menjalankan tugas secara profesional.

"Kalau dikriminalisasi sih nggak. Ini justru pembelajaran untuk saya, semua teman-teman," jelas Maaher.

Terkait kasus yang menjeratnya, Maaher menyatakan dirinya tidak ada niatan menghina Habib Luthfi. Dia mengaku tidak punya masalah pribadi dengan ulama kharismatik NU tersebut.

"Jadi secara bahasa seakan-akan saya ingin mengatakan kepada si pengguna Twitter yang menghina saya, bahwa kalau kamu menghina saya, menyudutkan saya saya ini pakai jilbab padahal saya pakai sorban, berarti secara nggak langsung kamu menghina Habib Luthfi, ulama yang juga saya dan kamu hormati. Saya dan Habib Luthfi kebetulan sama-sama menggunakan pakaian sunnah, pakai sorban. itu sih. Jadi problemnya itu," sambungnya.

Meski begitu Maaher mengaku menyesali cuitannya tersebut. Dia mengakui cuitannya di Twitter itu membuat banyak orang tersinggung bahkan marah, khususnya orang-orang NU. Dia menyebut, sebenarnya dirinya sudah berniat menemui langsung Habib Luthfi untuk meminta maaf namun keburu dirinya ditangkap oleh polisi yang bergerak atas laporan masyarakat.

"Sebelum ditangkap saya itu berniat mau bertemu, saya berniat minta maafnya itu nggak usah lewat medsos nanti kelihatan tidak ada kesungguhan. Saya akan kumpulkan uang, bawa keluarga, kita beli tiket, berangkat ke Jawa Tengah, Pekalongan," ujar pria yang selain berdakwah juga bisnis sampingan jualan kitab keagamaan dan parfum ini.

Maaher kemudian menyampaikan isi hatinya. Sambil menangis, dia menyebut jika nantinya punya kesempatan akan tetap datang menemui Habib Luthfi dan meminta maaf secara langsung.

"Saya pertama akan meminta maaf kepada Habib Luthfi dan saya pengen cium tangan beliau karena Habib Luthfi itu ulama bukan sekadar ulama, beliau menzuriati nabi. Saya ingin sampaikan isi hati saya bahwa saya itu nggak benci sama beliau dan nggak punya masalah sama beliau, dan saya mencintai beliau. Cuma balasan komentar saya itu disalahpahami oleh banyak orang, kemudian digiring kepada opini lain bahwa saya menghina beliau," ujar Maaher bercucuran air mata.

Maaher juga berharap dirinya dimaafkan masyarakat. Dia menyebut, ustadz juga manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

"Jadi banyak pihak yang bertanya ke saya, ustadz ini penghinaan dan sebagainya. Kenapa harus Habib Lufhti di seperti itu. Saya memberikan klarifikasi, saya memberikan penjelasan, setiap manusia itu pasti punya salah. Nah tapi saya ingin ketika saya jatuh dalam kesalahan, hukumlah kesalahan saya sesuai profesional dan proporsional. Jadi jangan sampai melewati batas lah karena saya juga punya hati punya perasaan," imbuhnya.(dtk)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: