DEMOKRASI.CO.ID - Zainuri, orang tua laskar FPI Luthfil Hakim membeberkan kondisi jenazah anaknya yang tewas ditembak polisi saat mengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) di Tol Jakarta – Cikampek KM 50, Senin (7/12) dini hari.
Di depan pimpinan dan anggota Komisi III DPR RI, Zainuri mengatakan bahwa dia mengetahui informasi anaknya tewas ditembak polisi dari tetangga.
“Hari Senin kira-kira jam 3 sore itu ada kabar dari tetangga ke rumah bahwa di berita media sosial maupun TV pak, itu anak saya termasuk yang diculik pak,” ucap Zainuri dalam rapat dengar pendapat antara keluarga laskar pengawal HRS dengan Komisi III, Kamis (10/12).
Zainuri menduga anaknya diculik, kemudian dieksekusi dengan cara ditembak berkali-kali di bagian dada tembus belakang.
Selain ditembak, Zainuri juga menduga anaknya sempat disiksa karena di tubuh korban terdapat luka seperti bekas diseret.
“Saya melihat sendiri saat dimandikan, menyaksikan kayak disiksa, di punggung sini nih,” ucapnya sambil memegang punggung sebelah kanannya.
“Terus, mohon maaf kemaluannya itu bekas diinjak dan pipinya bengkak biru, tangannya terkelupas,” sambung Zainuri.
Ia menduga anaknya ditembak dari jarak dekat. Ia menyaksikan lubang diduga bekas peluru di dada anaknya yang tembus ke punggung.
“Tembakannya itu dari jarak dekat, empat lubang di sini (dada), tembus ke belakang semua pak. Kulitnya juga yang di belakang sama yang sini (dada) terkelupas, agak lebar jadinya,” pungkasnya.
Sementara itu, keluarga laskar FPI Muhammad Suci Khadavi Poetra, Anandra mengungkapkan bahwa ada tiga luka tembak di tubuh korban Khadavi.
“Lukanya seperti ditembak jarak dekat. Ayah saya cerita sambil berderai air mata, luka tembak di dada ada tiga,” ungkap Anandra.
Anandra melanjutkan, terdapat luka robek di bagian punggung Khadavi. Menurutnya luka tersebut akibat diseret saat insiden terjadi.
“Di jidat ada biru seperti dihantam senjata api yang belakangnya, alhamdulilah muka bersih karena mungkin tidak dipukul di muka. Sampai dikafankan darah masih mengucur,” ungkapnya.
“Buat kami sangat luar biasa, itu seperti pembantaian, berarti tidak ada perlawanan di sana, seperti yang diberitakan itu bohong,” sambung Anandra. []