DEMOKRASI.CO.ID - Ada kekecewaan terkait komposisi reshuffle Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan Presiden Joko Widodo pada pekan ini.
Seperti yang disampaikan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira. Ia kecewa karena masih ada pos-pos kementerian yang seharusnya turut dirombak presiden.
"Nah saya juga agak kecewa. Kenapa yang di-reshuffle itu bukan tim-tim ekonomi yang sentral seperti Menko Perekonomian, Menteri Keuangan ya," ujar Bhima kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/12).
Karena kata Bhima, menteri yang menjadi sentral di bidang ekonomi justru belum menunjukkan kinerja optimal. "Seperti Bu Sri Mulyani, kenapa tidak di-reshuffle?," lanjutnya.
Berkenaan dengan sikap presiden yang masih mempertahankan menteri pos ekonomi, ia menduga Sri Mulyani mempunyai tarikan politik yang kuat.
"Sehingga Pak Jokowi tidak berani mengambil risiko itu," kata Bhima.
Padahal, masih kata Bhima, reshuffle Menteri Keuangan sangat dibutuhkan karena Indonesia menjadi salah satu negara yang pemulihan ekonominya relatif lambat dibanding China dan Vietnam.
"Ekonomi Vietnam sudah ositif pada kuartal kedua, sementara Indonesia masih resesi. Jadi stimulus Indonesia dirasakan belum efektif meningkatkan konsumsi rumah tangga dan kepercayaan pelaku usaha. Jadi, kenapa bukan tim ekonomi sentral yang dilakukan perombakan, ini menjadi tanda tanya," pungkas Bhima.(RMOL)