DEMOKRASI.CO.ID - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai mengurai sosok kunci yang menurut dia memusuhi Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab.
Uraian tersebut diutarakan oleh Natalius Pigai lewat sebuah video yang diunggah dalam kanal YouTube Refly Harun, Selasa (15/12/2020).
Natalius Pigai mulanya bercerita soal pengalamannya terjun langsung ke lapangan. Dia mengatakan, selama ini belum melihat ada orang yang membenci Habib Rizieq.
Bahkan, Natalius Pigai menerangkan, pendukung dan pembela Habib Rizieq tersebar di mana-mana.
Melihat fenomena yang terjadi belakangan, Natalius Pigai menyebut ada kelompok elite yang memusuhi Habib Rizieq.
Kelompok tersebut kata dia dibarengi oleh oknum-oknum di beberapa partai politik yang menjabat di pemerintahan.
"(Orang yang benci Habib Rizieq) itu berasal dari elite, atau paling tidak digerakkan oleh elite saja. Selain itu, ada oknum-oknum tertentu di beberapa partai politik yang menjabat di pemerintahan. Nyatanya, di lapangan tidak ada (yang benci Habib Rizieq)," ujar Natalius Pigai.
Natalius Pigai menambahkan, kendati berbeda agama dengan Habib Rizieq. Akan tetapi, dia mengaku dekat dengan pimpinan FPI itu.
Bahkan, Natalius Pigai mengklaim, dia memiliki peran di balik kepulangan Habib Rizieq ke Tanah Air. Kurang lebih sebesar lima persen.
"Saya ada kontribusi lima persen (dalam kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia). Kalau muluk-muluk, bisa saya hitung. Saya ada di dalamnya. Berbagai kasus yang sampai Habib Rizieq bisa melandai dengan tenang di Indonesia. Mulai dari luar negeri, ke dalam negeri, paling tidak ada lima persen," kata Natalius Pihai.
"Karena apa? Karena selain membela Habib Rizieq dan ulama, di sisi lain kita melihat, kok negara ini terlalu menekan komunitas Islam. Komunitas yang dimaksud apa? Ketika ulama dihina, agama Islam juga teraniaya. Karena antara ulama dan agama itu adalah dua hal yang tak bisa diupisangkan," terangnya menambahkan.
Natalius Pigai Merasa Ada Kriminalisasi Ulama Sejak Jokowi Menjabat
Berbicara soal ulama, Natalius Pigai menyebut negara selama pemerintahan Jokowi, banyak memperlakukan umat islam dan ulama secara tidak adil.
Hal itu yang kemudian membawa Natalius Pigai tergerak untuk membela hak-hak kelompok mayoritas tersebut kendati berbeda latar belakang agama.
"Lima tahun terakhir itu umat Islam mendapat ketidakadilan. Tidak mungkin kita tidak menyatakan keprihatinan, tidak mungkin kita membiarkan mereka tanpa usaha perlindungan dari kelompok humanitarian," tukas Natalius Pigai.
Terkait pembelaannya itu, Natalius Pigai menegaskan, dirinya bukan berarti mendukung kelompok Islam. Hanya saja, kini dia berbicara tentang hal substansial yakni kemanusiaan.
"Saya tidak pro kelompok Islam. Maaf, kalau disuruh pilih agama jelas saya Katolik. Kalau disuruh pilih Tuhan, saya pilih Tuhan Yesus. Dan itu tidak ada yang bisa ganggu saya," tegas Natalius Pigai.
"Tetapi, persoalannya ketidakadilan kita harus punya kepentingan. Mengucapkan kebenaran, kita harus mengucapkan kebenaran. Ketika orang Islam merasa teraniaya, kita lihat dengan mata kepala, mereka mendapat ketidakadilan," tandasnya. (*)