DEMOKRASI.CO.ID - Dua versi kronologi penembakan yang menewaskan enam pengawal Rizieq Syihab pada Senin dinihari lalu mulai menemui titik temu. Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya menyatakan para anggota Front Pembela Islam (FPI) itu tewas akibat tembakan polisi setelah menyerang petugas dengan senjata tajam dan senjata api di jalan tol Jakarta-Cikampek Kilometer 50. Sedangkan FPI menyatakan korban yang tak bersenjata ditangkap di suatu jalan di Karawang, Jawa Barat, menjelang pintu masuk tol Karawang Barat dan dieksekusi di lokasi lain.
Sumber Tempo yang mengetahui jalannya penyelidikan kasus ini mengatakan petugas keamanan FPI itu berhasil menjauhkan polisi dari target utama mereka—iring-iringan mobil yang ditumpangi Rizieq bersama istri, anak, menantu, dan cucunya—sejak pintu keluar jalan tol Karawang Timur pada Senin, 7 Desember lalu, sekitar pukul 00.10 WIB. Tapi tiga mobil pengawal itu masih dikuntit polisi. Satu kendaraan Toyota Avanza yang berisi enam anggota FPI lolos dari kejaran polisi dan kembali masuk jalan tol ke arah Cikampek lewat gerbang tol Karawang Barat, lalu beristirahat di Rest Area Kilometer 57.
Tersisa dua mobil FPI yang dikejar tiga mobil polisi. "Di pom bensin British Petroleum (BP) di Jalan International Karawang Barat, mereka bermanuver untuk putar balik menuju pintu masuk gerbang tol Karawang Barat," kata sumber itu, kemarin. Jarak antara dua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan pintu tol itu sekitar 1,3 kilometer.
Enam korban yang berada di mobil Chevrolet Spin B-2152-TBN berada di posisi belakang dan saling pepet dengan kendaraan polisi yang menggunakan tiga mobil Toyota Avanza. Sumber itu mengatakan terdengar letusan tembakan saat mereka mendekati pintu masuk tol Karawang Barat hingga Kilometer 47 jalan tol Jakarta-Cikampek. Di antara tembakan itu mengenai ban mobil Chevrolet Spin.
Dengan ban kempis, mobil korban berhenti di Rest Area Kilometer 50. Polisi langsung mengepung mereka. Saksi mengatakan polisi telah berjaga di lokasi itu sejak Ahad petang. Saksi itu melihat seorang laki-laki tak bergerak di bangku penumpang. Sedangkan polisi mengeluarkan tiga orang lainnya yang kemudian mereka suruh berjalan jongkok menuju mobil lain. Ada juga satu orang yang petugas minta tiarap di aspal dan ditendang kepalanya.
Kemarin petang, Tempo menyusuri kembali lokasi-lokasi tersebut. Petugas SPBU BP mengatakan tidak melihat kegaduhan di tengah malam yang diguyur hujan itu. Tapi, pada Selasa malam lalu, petugas dari Markas Besar Kepolisian RI mendatangi kantor pengelola untuk memeriksa rekaman closed-circuit television (CCTV). Dua hari kemudian, datang lagi polisi lain. "Mereka pakai baju bebas," ujar petugas lainnya.
Sekitar 800 meter dari stasiun bahan bakar tersebut, terdapat empat minimarket, yang tiga di antaranya buka 24 jam. Dari temannya yang masuk malam, seorang pegawai mengatakan terdengar suara letusan senjata dari toko itu. Belakangan, gerai yang berjarak sekitar 250 meter dari gerbang tol Karawang Barat itu juga didatangi polisi yang memeriksa rekaman CCTV mereka. Adapun CCTV jalan tol Jakarta-Cikampek di sekitar ruas itu mati sejak Ahad, 6 Desember pagi, dan baru selesai diperbaiki pada petang keesokan harinya.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, tidak membenarkan atau menyangkal keterangan tersebut. “Itu menjadi salah satu bagian yang kami selidiki,” kata dia.
Penyelidikan, dia melanjutkan, dilakukan tidak hanya saat terjadi penembakan, tapi juga sebelum peristiwa itu terjadi. “Artinya dari gerbang tol, Kilometer 47, sampai Kilometer 50 kami selidiki satu per satu,” katanya. Dia enggan memberitahukan temuan tim investigasi karena belum mendapat konfirmasi dari kepolisian.
Kepala Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono tidak menjawab pertanyaan Tempo hingga tenggat tulisan. Sebelumnya, Argo mengatakan petugas telah memeriksa 14 saksi terkait dengan penembakan enam anggota FPI itu.
Menurut dia, polisi akan mengungkap peristiwa tersebut mulai titik awal di Sentul, Bogor, Jawa Barat, tempat keberangkatan rombongan Rizieq Syihab, hingga tempat korban tewas. Mabes Polri juga membuka saluran komunikasi bagi warga yang hendak bersaksi atas insiden tersebut. "Semua saksi yang melihat dan mendengar, silakan, akan kami periksa semuanya," ujar Argo. "Polisi tidak menutup-nutupi dan kami lakukan dengan transparan." [Koran Tempo]