DEMOKRASI.CO.ID - Menteri luar negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kembali mengatakan kebijakan negaranya terhadap ekstremisme telah disalahartikan dan malah dianggap sebagai Islamofobia.
Hal tersebut disampaikannya saat menggelar jumpa pers bersama Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, selama kunjungan resmi satu hari di Doha, pada hari Kamis (10/12) waktu setempat.
Beberapa waktu belakangan Paris telah menghadapi banyak kritik atas rancangan undang-undang yang disajikan sebagai tindakan menekan radikalisme Islam, dengan memperketat aturan tentang pendidikan berbasis agama dan poligami menyusul serentetan serangan yang dilakukan oleh para ekstremis.
"Setelah serangan itu, posisi dan pernyataan kami (tentang memerangi ekstremisme) sebagian besar telah terdistorsi dan disalahartikan sebagai bagian dari kampanye melawan negara kami," ungkap Le Drian, seperti dikutip dari AFP, Kamis (10/12).
"(Posisi kami) mungkin telah disalahpahami oleh orang-orang percaya yang mungkin merasa keyakinan mereka tidak dihormati. Kami sangat menghormati Islam," lanjutnya.
Dalam jumpa pers itu Menlu Qatar mengatakan bahwa ekstremisme kekerasan tidak terkait dengan agama apa pun.
"Kita harus berdiri teguh melawan pidato Islamofobia seperti halnya dunia menentang semua bentuk retorika rasis," demikian Menlu. []