DEMOKRASI.CO.ID - Komisi III DPR RI mengundang keluarga dari 6 orang Laskar Front Pembela Islam (FPI) yang menjadi korban penembakan polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12) dini hari kemarin, dalam forum Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR, Kamis 10 Desember 2020.
Setelah sejumlah anggota Komisi III DPR mendalami kondisi jenazah korban penembakan, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa juga mempertanyakan soal Laskar FPI kepada para keluarga korban.
“Kalau laskar ini kan tentara, untuk perang juga, perang sama siapa? Saya juga jadi bingung. kalau ini laskar, ini untuk perang, juga enggak benar ini. Saya pimpinan Komisi III melihat ini dalam keadaan perang juga. Kalau sudah laskar-laskaran sama saja seperti perang revolusi, kakek saya juga komandan laskar, tapi tujuannya kemerdekaan,” kata Desmond dalam RDPU.
Karena itu, Desmond mempertanyakan soal tujuan pembentukan laskar ini sekarang apa tujuannya, apakah mendirikan negara Islam. Jika iya, jelas itu melawan konstitusi. Untuk itu, ia mengingatkan agar harus berhati-hati, jangan sampai Indonesia yang sudah damai di tengah problemnya yang sangat banyak, antara rakyat dan negara justru berselisih.
“Memang kita mau berantem dengan negara ini? Saya dengar habib tidak mau bubarkan negara kita. Hati-hati sesama anak bangsa jangan di antara kita kesannya ada perang-perangan,” tegas Sekretaris Fraksi Partai Gerindra ini.
“Kalau perang-perangan kita juuga yang akhirnya jadi lucu, ini berbangsa, masa kita rusak yang sudah bangun karena kepentingan politik. Bangsa ini untuk bertahan aja sudah bagus,” ujarnya.
Senada, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan juga mempertanyakan soal Laskar FPI. Pihak keluarga menjelaskan bahwa ini pengawal khusus Habib Rizieq Shihab (HRS). Dia pun mempertanyakan apakan pengawalan khusus ini terlembaga di institusi FPI atau gerakan spontan.
“Misalnya datang setiap Kamis, Jumat, Sabtu, itu tidak terlembaga karena kalau terlembaga dia datang setiap hari,” kata Arteria di kesempatan sama.
Kemudian, Arteria juga mempertanyakan jumlah satuan Laskar FPI ini. Dan secara aturan tidak dipersenjatai, ia ingin tahu langsung dari orang yang benar-benar terlibat di pengawalan pada insiden penyerangan itu.
“Ada berapa jumlah satuan pengawalan yang seperti ini, di aturannya tidak dipersenjatai. Saya ingin, logika akal sehat masa punya senjata, kita ingin sampaikan, teman-teman yang betul-betul teryakinkan hadir bahwa keluarga bapak tidak dipersenjatai, saya membantu untuk bisa dibandingkan dengan keterangan polisi,” ucap dia.
Keluarga Andi Oktiawan, Umar menjelaskan bahwa rombongan pengawalan ini untuk mengawal keluarga Habib Rizieq yang hendak melakukan pengajian keluarga. Mereka berangkat sekitar pukul 22.00 WIB. Dan Laskar FPI ini bukan untuk berperang.
“Bukannya perang, kalau perang semuanya bawa senjata,” tegasnya.
Menurut Umar, Laskar ini pasukan khusus, namun ia tidak begitu memahami kekhususannya. Mungkin yang dimaksud khusus karena ditugaskan oleh Habib Rizieq. Dan soal kepemilikan senjata api, menurutnya tidak mungkin Laskar memiliki senpi, karena untuk membeli seragam pun harus mencicil.
“Dan masalah pistol sekarang begni logikanya, tahu berapa harganya. Laskar ini, pejuang Islam ini sukarela dengan hati nurani, beli baju aja nyicil, bagaimana bisa punya senjata seperti ini,” pungkas Umar.(*)