DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat komunikasi politik dari lembaga riset KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo mengatakan penetapan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab sebagai tersangka kasus kerumunan di Petamburan telah mengalihkan perhatian publik atas kemenangan anak dan menantu Presiden Joko Widodo di Solo dan Medan.
Menurut Kunto, kemenangan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dalam Pilkada 2020 mestinya menjadi perhatian publik karena terkait dinasti politik dalam pusaran orang nomor satu Indonesia tersebut.
"Beritanya Habib Rizieq akan menutupi agenda publik tentang Gibran dan Bobby," kata Kunto lewat sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/9).
Kunto menyebut peristiwa ini terjadi secara tak disengaja. Pasalnya, masalah Habib Rizieq telah menjadi perhatian publik dalam dua bulan terakhir sejak kepulangannya dari Arab Saudi.
Sebagai informasi, penyidik Polda Metro Jaya menetapkan Habib Rizieq Shihab sebagai tersangka pelanggaran protokol kesehatan dalam kerumunan acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan putrinya di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat.
Selain Habib Rizieq, polisi juga menjerat enam tersangka, termasuk Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Maman Suryadi dan Ketua Umum FPI selaku Penanggung Jawab Acara KH Sobhri Lubis sebagai tersangka dalam perkara kerumunan di Petamburan.
Penetapan tersangka Rizieq dan kawan-kawan ini berdasarkan gelar perkara yang dilakukan penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada Selasa (8/12). Pengumuman penetapan tersangka Rizieq dilakukan sehari setelah pemungutan suara Pilkada 2020.
Dinasti Politik
Di sisi lain, Kunto mengatakan tak ada aturan yang melarang seorang kepala pemerintahan mengikutsertakan kerabat dekatnya ikut dalam pemilihan elektoral. Kasus serupa nyatanya banyak terjadi di negara lain seperti di Amerika.
Menurutnya, dinasti politik di lingkungan Jokowi jadi sorotan sebab berkaitan dengan etika politik.
Sebagai presiden, kata Kunto, Jokowi tentu memiliki infrastruktur politik untuk memenangkan anak dan mantunya hingga ke tampuk kekuasaan. Hal itu telah terlihat sejak drama pengusungan Gibran dan Bobby di internal partai.
"Walaupun status Jokowi dalam tanda petik adalah petugas partai. Tapi dia tetap presiden RI, yang sangat punya infrastruktur politik kuat. Dia bisa bargaining dengan struktur partainya sendiri untuk mengajukan nama Gibran dan Bobby kan," katanya.
Hasil sementara Sistem Rekapitulasi Elektronik (Sirekap) di situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat, pasangan Gibran-Teguh jauh mengungguli lawannya, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (BaJo) di Pilkada Solo.
Hingga 52 persen suara masuk, Gibran-Teguh meraih 86,4 persen dalam hasil sementara. Jauh di atas pasangan Bajo yang hanya mampu mengantongi 13,6 persen suara sisanya.
Sementara Bobby-Aulia Rachman unggul tipis dari petahana Akhyar Nasution-Salman Alfarisi dengan 4,8 persen suara. Bobby-Aulia memperoleh 128.197 suara atau 52,4 persen. Sementara, Akhyar-Salman memperoleh 116.358 suara atau 47,6 persen dari suara yang telah masuk. []