DEMOKRASI.CO.ID - Partai Golkar diminta untuk tidak terlalu terlena dengan catatan kemenangan 61,11 persen atau setara dengan kemenangan 216 dari 270 daerah yang melangsungkan Pilkada Serentak 2020.
"Kemenangan Partai Golkar dalam pilkada yang melebihi target dari 60 persen itu tentu adalah berita baik. Akan tetapi hakikatnya kemenangan tersebut bukanlah semata-mata kemenangan Partai Golkar," ujar politisi Partai Golkar Andi Harianto Sinulingga, Minggu (13/12).
Bagi Andi, catatan 61,11 persen itu adalah bentuk kemenangan itu hanya dilihat dari surat resmi dukungan partai saja.
"Kalau mau di lihat lebih detail misalnya, apakah kemenangan Gibran di Solo itu bisa di klaim sebagai kemenangan Golkar? Apakah kemenangan Gibran tersebut akan berkorelasi signifikan terkait eksistensi Partai Golkar di Solo?" tanyanya.
"Begitu juga dengan Bobby Nasution di Medan misalnya. Semua partai yang memberikan surat dukungan bisa melakukan klaim yang sama," imbuh Andi.
Di setiap Pilkada, kata dia, Partai Golkar selalu menang dengan angka prosentase yang besar jika dihitung dari surat dukungan yang diterbitkan kepada pasangan calon.
Mengapa Partai Golkar tidak boleh terlena dengan catatan pilkada itu, kata Andi, sekalipun klaim kemenangan selalu tinggi tetapi tidak pernah berdampak positif pada perolehan suara Partai Golkar di pemilihan legislatif.
"Setiap kali pemilu legislatif baik itu perolehan suara maupun kursinya menurun terus. Itu memberikan gambaran bahwa kemenangan pilkada tidaklah berkorelasi signifikan atas jalan sukses menuju Pemilu 2024 mendatang," pungkasnya. []