DEMOKRASI.CO.ID - Pelaksanaan Pilkada Serentak 9 Desember 2020 merupakan Pilkada terburuk yang pernah digelar di Indonesia.
Pasalnya, majalah berita dan peristiwa internasional, The Economist merilis bahwa Indonesia masuk dalam pusaran politik keluarga.
Demikian disampaikan Pengamat Politik Rocky Gerung saat menjadi narasumber dalam acara diskusi daring Indonesia Leaders Talk bertajuk "Membedah Nilai Strategis Pilkada 2020" Jumat malam (4/12).
"Ini Pilkada terburuk. Karena ada intervensi. Dan itu yang menyebabkan apa yang terjadi di Medan dan di Solo, bukan sekadar diberitakan oleh sosmed di Indonesia. Tapi di pantau oleh majalah dunia The Economist itu judulnya mengerikan bahwa Indonesia disebut ada dalam politik keluarga," ujar Rocky Gerung.
Menurut Rocky, majalah The Economist telah menjadi rujukan dunia dalam konteks indeks demokrasi karena satu dan lain hal. Sebab faktanya, jika Indonesia disebut tengah berada dalam pusaran politik keluarga maka demokrasi Indonesia memang buruk adanya.
"Jadi, buat ukuran apapun di dunia kalau The Economies bilang Indonesia memburuk di dalam demokrasi karena ada politik keluarga. Itu pertanda bahwa ini Pilkada terburuk di era Presiden Jokowi," tandasnya.
Pilkada 2020 di Kota Solo dan Medan memang menyita perhatian banyak pihak. Pasalnya, pelaksana Pilkada di dua kota tersebut, di Solo kandidatnya putera sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka. Sedangkan di Medan, ada menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution.(RMOL)