DEMOKRASI.CO.ID - Staf Ahli Menkominfo, Prof Henri Subiakto mengaku setuju dengan gerakan revolusi akhlak.
Henri Subiakto melontarkan sindiran menohok kepada ulama yang tidak memberikan suri tauladan kepada umatnya.
Ia juga menyindir orang yang tidak menjaga lisan dan perlaku serta kerap berbuat seenaknya sehingga merugikan masyarakat umum.
“Saya setuju gerakan revolusi akhlaq untuk wujudkan akhlaqul karimah bangsa ini. Dengan selalu menjaga perilaku dan lisan kita, serta menghargai orang lain, tidak berbuat seenaknya yang bisa rugikan masyarakat umum,” kata Prof Henri melalui akun Twitter pribadinya, @henrysubiakto, Sabtu (14/11).
Dengan revolusi akhlak, Henry berharap ulama memberikan suri tauladan, sehingga umat taat hukum dan menuruti pemimpinnya.
“Kita komit taati pemimpin dan hukum negeri ini, lewat suri tauladan ulamanya,” kata Henri.
Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) ini mengaku menghormati orang yang senantiasa menjaga lisan dan tidak merugikan orang lain.
“Saya menghormati orang yg berakhlaq mulia, yg senantiasa menjaga lisan dan perilakunya, serta tidak pernah merugikan orang lain atau masyarakat umum,” katanya.
Cuitan Henri memantik warganet untuk berkomentar. Netizen menanyakan bagaimana dengan ustad yang sering menghina, mengumpat dan marah-marah dalam ceramahnya, apakah layak dijadikan panutan?
Menjawab pertanyaan itu, Henri menegaskan bahwa ulama yang dijadikan panutan hanya yang bisa menjaga lisan dan perilaku.
“Yang panutan itu yang jaga lisan dan perilakunya serta tidak merugikan orang lain dan masyarakat umum,” tandas Prof Henri Subiakto.