DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie memprediksi adanya kemungkinan pecah Perang Dunia III (PD III).
Prof Jimly memprediksi, PD III itu akan pecah di Laut China Selatan yang tidak jauh dari Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Prof Jimly diskusi daring bertajuk “Setelah Suga dan Pompeo Bertandang” kemarin.
Jimly pun mempertanyakan, apakah Menteri Pertahanan Prabowo Sudah Siap jika prediksinya itu benar terjadi.
Jurubicara Kementerian Pertahanan (Kemhan), Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan, Indonesia cukup siaga mengantisipasi jika terjadi konflik.
Ia lantas mencontohkan penjagaan wilayah di Laut Natuna.
“Secara teknis kedaulatan kita tentu angkatan laut, angkatan udara, sudah terus berjaga di Laut Natuna. Itu upaya berjaga-jaga,” terangnya, kemarin.
Namun, Dahnil menegaskan, posisi Indonesia adalah peacemaker. Ini sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Indonesia, tegasnya, juga tidak pernah bergabung dengan Pakta Pertahanan manapun.
“Sehingga posisi kita tentu adalah menjaga jarak yang sama, kedekatan yang sama, dengan semua negara di dunia,” tegas Dahnil.
Terpisah, pengamat intelijen dan militer, Susaningtyas Nefo Handayani menyatakan, pertanyaan itu sejatinya bukan hanya ditujukan kepada Prabowo saja.
“Yang harus ditanya bukan Kemenhan saja, tapi secara nyata tiga matra TNI juga,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, semalam.
Nuning, sapaan akrabnya, menyebut peribahasa latin “Si vis pacem, para bellum” yang berarti “Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang” yang merupakan visi militer secara universal.
“Termasuk sistem pertahanan kita,” imbuhnya.
Perkembangan teknologi, lanjutnya, menyebabkan kesiapan itu bukan hanya pada kesiapan perang konvensional, tetapi juga perang modern.
Ada tiga ancaman yang mesti dihadapi saat ini, yakni ancaman militer, non militer, dan nir militer.
Ancaman nir militer contohnya adalah wabah Covid-19.
Pada masa depan, sebutnya, ancaman Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) harus masuk dalam kewaspadaan Indonesia.
Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai sistem pertahanan Indonesia.