DEMOKRASI.CO.ID - Front Pembela Islam (FPI) memastikan, tidak ada yang berubah atas rencana dan jadwal kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia.
Imam Besar FPI itu dijadwalkan bertolak pada Senin (9/11) malam dari Jeddah dan tiba di Indonesia pada Selasa (10/11) besok.
Sejumlah tawaran untuk bergabung dengan partai politik pun berdatangan.
Akan tetapi, tawaran itu ditolak, sebagaimana pernyataan Ketua Presidium Alumni 212 (PA 212) Slamet Ma’arif.
Slamet menyatakan, setelah berada di Indonesia, Habib Rizieq tidak akan masuk atau bergabung dengan parpol manapun.
Namun hal itu sangat disayangkan Prof Jimly Asshiddiqie yang angkat bicara melalui akun Twitter pribadinya.
“Kenapa msti ditolak kalau langsung jadi pemimpin partai?” cuit Prof Jimly.
Sebaliknya, anggota DPD RI ini menyarankan Habib Rizieq agar berhenti melakukan aksi jalanan.
“Berjuanglah secara resmi, jangan terus-terusan mobilisasi massa di jalanan. Banyak mudaratnya,” saran Prof Jimly.
Mantan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) malah menyarankan HRS bergabung dengan parpol.
“Harus bersatu dalam perbedaan agar parpol terkonsolidasi,” sambung dia.
Menurutnya, dari sekian parpol Islam, hanya PKB yang dinilai cukup aman.
“Tapi PKS, PAN, PPP terancam hilang karena PBB, Gelora, Partau Ummat dan Masyumi,” ujar dia.
Karena itu, ia meminta semua pihak agar saling membuka diri dan saling rangkul.
“Kanalisasi aspirasi ini penting agar tidak terus-terusan meledak di jalan. Pejabat pemerintah juga mesti arif bukakan saluran,” paparnya.
Jimly juga menganalisa, mungkin PKS mudah mengatasi efek Partai Gelora.
Pun demikian dengan PAN jika bisa melakukan hal yang sama atas Partai Ummat Amien Rais.
“Hayo kurangi ego, ananiyah, buka ruang musyawarah saling dengar untuk berjuang resmi secara melembaga dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45,” tandasnya.