logo
×

Selasa, 24 November 2020

Pengamat: Apapun yang Dilakukan Anies Tetap akan Salah di Mata Orang-Orang Ini, Senyum Dikira Meledek

Pengamat: Apapun yang Dilakukan Anies Tetap akan Salah di Mata Orang-Orang Ini, Senyum Dikira Meledek

DEMOKRASI.CO.ID - Unggahan foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tengah membaca buku berjudul “How Democracies Die” menuai banyak persepsi.

Salah satunya pengamat politik Jamiluddin Ritonga yang menilai Anies merupakan aktor politik yang jeli mengkomunikasikan dirinya dari berbagai sisi.

“Anies itu jeli melihat situasi. Tahu saat masyarakat cemas dengan dinamika demokrasi di negeri ini,” katanya kepada PojokSatu.id, di Jakarta, Selasa (24/11/2020).

Menurut Jamiluddin, foto Anies itu sejatinya memang tampak sederhana.

Tapi, karena pejabat di Indonesia jarang foto saat membaca buku, maka apa yang dilakukan Anies itu mendapat apresiasi dari masyarakat.

Meski demikian, lanjut pengajar Isu dan Krisis Manajemen itu, tentu ada saja publik yang merespon negatif tampilan Anies dalam foto tersebut.

Orang-orang tersebut, kata dia, umumnya memang sudah sejak awal memiliki sikap awal (predisposisi) yang negatif.

“Orang-orang seperti ini tidak akan pernah melihat tampilan Anies dari sisi positif,” jelasnya.

Begitu pun sebaliknya. Anies yang senyum saja ditanggapi heboh.

Oleh karena itu, sambungnya, apa pun yang dilakukan mantan Mendikbud itu akan selalu mendapat respon negatif.

“Dengan sikap awal negatif, Anies yang senyum saja dapat dipersepsi oleh mereka sedang meledek.”

“Karena itu, apa pun yang dilakukan Anies akan dinilai negatif,” tandasnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membagikan aktivitasnya di Minggu pagi, 22 November 2020. Dalam akun Twitternya @aniesbaswedan, mengunggah fotonya saat sedang membaca buku.

“Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi,” kicau Anies di akun Twitternya, pagi ini.

Dalam foto yang dibagikan, Anies mengenakan kemeja putih lengan pendek dan sarung merah marun dengan motif kotak-kotak kecil. Anies duduk dan terlihat membaca buku “How Democracies Die” bersampul hitam yang senada dengan jam tangan digitalnya.

Buku yang dibaca Anies ditulis oleh pakar politik dari Universitas Harvard Amerika, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, pada 2018.

Buku ini berlatar belakang pemilu di AS pada 2016 dan diantaranya mengulas tentang masa pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dalam bahasa Indonesia buku itu diterjemahkan: Bagaimana Demokrasi Mati. Di Tanah Air buku itu diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

Resensi buku itu dari Googlebooks menyebutkan demokrasi bisa mati karena kudeta atau mati pelan-pelan.

Kematian itu bisa tak disadari ketika terjadi selangkah demi selangkah, dengan terpilihnya pemimpin otoriter, disalahgunakannya kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi. Ketiga langkah itu sedang terjadi di seluruh dunia.

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: