DEMOKRASI.CO.ID - Muhammad Al-Gifari atau Akbar tiba-tiba viral di media sosial. Ia adalah pemulung yang menjadi perhatian masyarakat karena fotonya yang sedang membaca Alquran viral. Ia membaca kitab suci saat menunggu hujan reda di Jalan Braga, Kota Bandung.
Usai viral di media sosial, sejumlah lembaga kemanusiaan dan sosial berupaya mencarinya. Salah satunya tim Pesantren Al-Hilal yang berhasil menemukannya di Jalan Cikole, Lembang pada Selasa (3/11). Kala itu, Akbar sedang memulung.
Direktur Laz Al-Hilal, Iwan Setiawan mengaku pertama kali mendapatkan informasi tentang pemulung yang membaca Alquran lewat media sosial. Yayasan pun memutuskan untuk mencari keberadaan Akbar untuk menawarinya masuk pesantren.
“Jadi Ahad malam, sosmed Al-Hilal banyak yang ngetag foto itu termasuk akun pribadi pengurus, akhirnya ketua yayasan membuat status dan kalau menemukan anak itu hubungi kami. Akhirnya tiga orang (tim), driver dan dua orang pengurus mencari keberadaannya di Braga,” ujarnya kepada Republika, Rabu (4/11).
Upaya pertama mencari Akbar itu tak membuahkan hasil. Takdir justru mempertemukan dengan Akbar ketika tim hendak ke Subang untuk memberikan bantuan wakaf Alquran, beras dan bantuan lainnya ke tiga pesantren pada Selasa (3/11). Salah satu pengurus melihat pemulung yang mirip dengan Akbar. Tim baru menghampiri pemulung tersebut sepulang dari Subang.
“Usai melaksanakan acara di Subang dan saat perjalanan pulang ke Bandung, tim kembali melihat anak tersebut di tempat yang sama. Dilihat, didekati anak itu mirip dengan yang difoto. Lalu ditanyakan bawa Alquran gak, disuruh baca Alquran dan difoto dari samping ada kemiripin. Lalu bilang ke ketua yayasan dan disuruh dibawa ke pesantren,” katanya.
Ia mengatakan Akbar bersedia dibawa oleh tim karena melihat tulisan pesantren di mobil yang dikendarai. “Kebetulan mobil ada tulisan pesantren dia mau, kalau gak ada tulisan mungkin gak mau. Kita ke sana (lokasi ditemukannya Akbar) gak niat mencari tapi takdir,” ungkapnya.
Menurutnya, Akbar yang berasal dari Garut tetap rajin sholat dan mengaji karena pesan neneknya. Dulu, ia meminta izin kepada neneknya untuk mencari pekerjaan di Bandung. Akbar pun diizinkan dengan syarat tetap sholat dan mengaji.
“Pengakuan beliau (baca quran) adalah itu nasehat neneknya, dia minta izin ke Bandung mencari pekerjaan kata neneknya boleh asal selama di Bandung jangan tinggal sholat dan baca alquran, ketika di Braga salah satunya mengerjakan amanah neneknya,” katanya.
Iwan melanjutkan, Akbar merupakan anak putus sekolah dan berasal dari keluarga yang telah berpisah. Ia sendiri menurutnya diasuh oleh kakek dan neneknya. Saat ini pihaknya akan membawa Akbar ke Garut untuk meminta izin kepada keluarganya agar dapat diasuh di pesantren. Selain itu bantuan pun sudah berdatangan untuknya.