DEMOKRASI.CO.ID - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam berujung seruan boikot produk Prancis. Namun pemerintah Indonesia menyebut tidak akan melakukan hal itu.
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan pemerintah ingin meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga aksi boikot produk Prancis tidak akan dilakukan.
“Pemerintah Indonesia tidak mempertimbangkan atau membahas hal tadi karena memang hal ini malah akan memperkeruh kondisi. Kita saat ini justru ingin meningkatkan investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jadi langkah-langkah seperti itu tidak dilakukan pemerintah,” kata Mahendra dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (3/11/2020).
Lagi pula, menurutnya sulit membedakan asal dari mana munculnya sebuah produk. Misalnya merek asal Prancis yang ada di Indonesia, belum tentu pemiliknya juga berasal dari negara yang sama.
“Kalau mau realistis membedakan satu produk dari negara A dan negara B hampir tidak mungkin ya. Contohnya ada sejumlah produk yang ada di Indonesia, katakan dari segi merek dan paten dari suatu negara tertentu, tapi kemudian bagaimana kalau itu investasi dan proses produksinya justru sudah dilakukan di Indonesia,” tuturnya.
Pemerintah juga tidak akan menarik Duta Besar Indonesia untuk Prancis kembali ke Tanah Air. Menurutnya, keberadaan diplomasi dan hubungan komunikasi tetap harus dijaga, apalagi dalam kondisi seperti ini.
“Jangan justru mempersulit dengan tidak adanya komunikasi dan hubungan diplomasi. Jadi kami tidak mempertimbangkan opsi itu,” paparnya.
Meski begitu, pemerintah Indonesia secara tegas menyatakan tidak terima dengan pernyataan Macron tentang Islam itu. Sampai saat ini Indonesia masih menunggu respons baik dari Prancis.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S Lukman menyayangkan adanya aksi boikot produk Prancis. Pasalnya, pernyataan menghebohkan Macron tentang Islam disebut tidak ada kaitannya dengan bisnis.
“Sebaiknya kita jangan kaitkan politik dengan bisnis karena dunia usahanya tidak ada kaitan apapun dengan pernyataan Macron,” kata Adhi kepada detikcom, Selasa (3/11/2020).
Adhi menyebut aksi boikot produk Prancis ini akan berdampak merugikan jika Prancis maupun negara yang menyerukan aksi saling memboikot produk.
“Pasti akan berpengaruh bila saling boikot. Kedua negara dirugikan. Pasti akan menurunkan penjualan dan saling repatriasi. Akibatnya rugi semua,” ucapnya.