DEMOKRASI.CO.ID - Umat Islam tidak boleh disamakan dengan para teroris, kata mantan Presiden Prancis Francois Hollande pada Jumat.
“Para teroris Islamis ini ingin menciptakan perang antaragama,” kata Hollande saat menanggapi serangan pisau mematikan di kota Nice, yang menewaskan tiga orang.
“Jangan samakan antara teroris ini dengan Muslim. Itu akan menjadi kesalahan yang akan menjerumuskan kita ke dalam konflik yang tidak ingin kita sentuh,” kata mantan presiden itu di televisi LCI.
Hollande menyoroti serangkaian serangan yang terjadi pada Kamis di kota-kota Prancis Nice, Avignon dan Lyon, dan Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi.
Penyelidikan serangan di Nice
Serangan Nice dilakukan oleh Brahim Aouissaoui, seorang pria kelahiran Tunisia yang menikam dua wanita dan satu pria di Basilika Notre Dame de l’Assumption di Nice.
Salah satu wanita itu tewas setelah digorok di tenggorokannya. Polisi menangkap Aouissaoui pagi itu, dia kini dirawat di rumah sakit dengan luka tembak.
Jaksa anti-terorisme Jean-Francois Ricard mengatakan kepada harian Le Monde setelah serangan itu bahwa Aouissaoui memiliki senjata pembunuhan – pisau dengan bilah 17 cm – bersama dua pisau lainnya yang ditemukan di dalam tas di dalam basilika.
Aouissaoui, 21, mendarat di pulau Lampedusa Italia pada 20 September sebelum tiba di daratan Italia di Bari pada 9 Oktober, dan kemudian melintasi perbatasan untuk masuk ke Prancis.
Dokumentasi dari Palang Merah Prancis membantu mengungkap fakta tentang pergerakan tersangka, karena dia tidak diketahui oleh aparat sebelum hari Kamis.
Orang kedua ditangkap pada Kamis malam terkait serangan itu. Pria 47 tahun itu sekarang dalam tahanan polisi, dan dia berinteraksi dengan Aouissaoui pada Rabu menjelang serangan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin pada Jumat sore mengumumkan penambahan 3.500 pasukan keamanan cadangan dan 3.500 polisi tambahan di negara itu untuk menangani peningkatan kekerasan.
Setidaknya 120 petugas polisi tambahan akan dikerahkan di Nice untuk menjaga keamanan. “Ancaman ada di mana-mana,” kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian pada konferensi pers hari Jumat.
Perdana Menteri Jean Castex meningkatkan kewaspadaan terorisme ke tingkat tertinggi di negara itu setelah serangan tersebut.