DEMOKRASI.CO.ID - Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian banyak negara dunia, tidak terkecuali Arab Saudi.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) yang disebut-sebut menjadi salah satu tokoh kunci di balik kesepakatan damai Israel dan negara-negara Arab mulai gugup dengan perolehan suara sementara di mana Joe Biden mempimpin jauh di depan Donald Trump.
Bagaimana tidak, dalam artikel yang dimuat Foreign Policy pada Kamis (5/11), ia telah banyak bertaruh dan berkorban untuk Trump.
Pada awal masa kepemimpinan Trump, MbS ditengarai mendekati menantu sekaligus penasihat presiden, Jared Kushner. Sejak saat itu, hubungan AS dan Arab Saudi kian manis.
Kedua negara selalu meningkatkan koordinasi untuk mengawasi Iran menjelang naiknya MbS menggantikan sang ayah, Raja Salman di kemudian hari.
Baru-baru ini, MbS juga diam-diam mempengaruhi Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Langkah tersebut terbilang sangat berani karena seperti yang dapat diperkirakan, memicu kecaman dari negara-negara Muslim.
“Jika Joe Biden menang, posisi Saudi, yang mengorbankan sentimen Muslim secara global, membuatnya terlihat lebih terisolasi,” tulis Anchal Vohra, penulis artikel bertajuk “Mohammed bin Salman Should Be Very Worried About Biden” itu.
Vohra juga menyoroti bagaimana komitmen Biden yang akan mendukung CIA terkait temuan pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi yang diduga diperintah oleh MbS.
“Apakah itu membuat perbedaan kebijakan terhadap Arab Saudi dalam praktiknya adalah salah satu pertanyaan besar kebijakan luar negeri yang muncul dari pemilu,” pungkas Vohra.