DEMOKRASI.CO.ID - Peringatan Maulid Nabi di kediaman Habib Rizieq dipadati ribuan orang, Sabtu malam (14/11). Habib Rizieq menyinggung pemerintahan Jokowi, termasuk rekonsiliasi, dialog dan revolusi.
Dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Petamburan, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11/2020) malam hingga Minggu dinihari (15/11/2020), Habib Rizieq juga menyinggung masalah rekonsiliasi.
Maulid Nabi ini disiarkan langsung oleh You Tube Front TV. Siaran ini masih bisa disaksikan melalui You Tube Front TV.
“Ada yang mengatakan begini. Kenapa Habib Rizieq dan kawan kawan masih buka pintu dialog, masih buka pintu rekonsialisi, masih buka pintu perdamaian,” jelasnya.
Disebutkan Habib Rizieq, pendapat orang tersebut, revolusi tidak mengenal kata damai, revolusi tidak mengenal rekonsiliasi.
“Maka saya mau jawab. Revolusi yang tak kenal kata damai, bukan revolusi ahlak. Revolusi yang tak kenal kata rekonsiliasi, bukan revolusi ahlak. Revolusi tak membuka pintu dialog, buka revolusi ahlak. Itu bukan revolusi kami,” tegas Habib Rizieq.
Menurut Habib Rizieq, revolusi yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, tidak boleh menutup pintu damai, tidak boleh menutup pintu rekonsiliasi, tidak boleh menutup pintu dialog.
”Bicaralah revolusi yang cerdas. Bicaralah revolusi yang diajarkan Nabi. Dalam perang sekalipun, ketika pasukan sudah saling berhadap-hadapan, Nabi tetap mengajarkan ahlak, membuka dialog dan pintu perdamaian,” jelasnya.
Nabi Muhammad SAW, kata Habib Rizieq, dalam setiap medan tempur, menawarkan perdamaian terlebih dahulu. Menawarkan perdamaian terlebih dahulu agar tak terjadi pertumpahan darah.
“Namun kalau musuh bersikeras menawarkan perang. Maka Nabi tidak akan mundur sejengkal pun Saudara,” tegasnya.
“Begitu juga revolusi ahlak kita, tawarkan perdamaian lebih dulu, tawarkan rekonsiliasi, tawarkan dialog. Kita ingin menyelesaikan persoalan bangsa tanpa pertumpaahan darah,” jelasnya.
Namun jika yang ditawarkan dialog ini tidak mau, dan terus menerus berbuat zolim, merusak bangsa dan Negara, melakukan kriminalisasi ulama, dan memang ingin menumpahkan darah.
“Maka apa boleh buat, dari revolusi ahlak bisa berubah menjadi jihad fi sabiliilah. Siap jihad. Takbir,” katanya lagi.
“Kalau kami menawarkan rekonsiliasi, menawarkan dialog, menawarkan perdamaian. Berarti kami tidak mau perang, tidak mau kerusakan, tidak mau pertumpahan darah. Tapi ingat, tidak ada kata damai dengan kezoliman,” ujarnya.
Menurutnya, kalau revolusi ahlak menawarkan lebih dulu kedamaian, menawarkan lebih dulu dialog, menawarkan lebih dulu rekonsiliasi, menurut Habib Rizieq, hal itu merupakan sesuatu yang bagus.
“Tapi kalau sudah ditawarkan itu, mereka tetap angkuh, congkak, sombong. Habib dan ulama tidak akan pernah mundur,” jelasnya.
Pernyataan-pernyatan Habib Rizieq ini bisa disaksikan di chanel You Tube Front TV.
Selain masalah rekonsiliasi, Habib Rizieq Shihab juga mengungkit soal adanya prajurit TNI yang terkena sanksi karena menyambut kepulangan dirinya.
Dia menyebut tindakan tersebut tidak memiliki akhlak.
“Ada prajurit TNI. Takbir. Sholawat. Waktu saya pulang, buat rekaman menyambut saya datang. Betul, bagus? Eh, ditangkap, diborgol, dipenjara,” ungkap Habib Rizieq.
Rizieq kemudian membandingkan dengan kejadian Brimob mengangkat pengusaha Dato Sri Tahir. Momen tersebut adalah saat Dato Tahir diberi gelar warga kehormatan karena kontribusinya merehabilitasi gedung Pusat Pendidikan (Pusdik) Korps Brimob pada November 2018.
“Cukong China, Saudara, digotong-gotong sama prajurit Brimob. Digotong-gotong, dibopong-bopong, sama prajurit Brimob. Ini China pakai nama Dato Tahir. Dari Mayapada,” kata Habib Rizieq.
“Ini cukong China digotong-gotong, ramai-ramai oleh prajurit Brimob, nggak ada masalah, Saudara. Kenapa ada prajurit TNI sekadar ucapkan selamat datang, kok harus ditahan. Kurang ajar,” ucapnya.
Kemudian Habib Rizieq bertanya kepada jemaah apakah tindakan memberi sanksi kepada prajurit tersebut memiliki akhlak atau tidak?
“Yang begitu ada akhlak nggak?. Prajurit TNI cinta habib bagus nggak?, eh ditahan,” katanya.