DEMOKRASI.CO.ID - Mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah kembali menyindir Menhan Prabowo yang masih ‘diam’ terkait situasi saat ini. Fahri menyebut ada lampu kuning dalam demokrasi Indonesia.
“Kalau saya jadi Menhan, ini adalah lampu kuning ditabraknya rambu-rambu militer dalam demokrasi. TNI harus mengerti bahwa tugas dia di tengah rakyat adalah memelihara perdamaian,” ungkap Fahri Hamzah dalam akun Twitter-nya, Sabtu pagi (21/11/2020).
Menurut Fahri, militer berperang bukan untuk membunuh lawan tapi untuk menjaga perdamaian.
“Saya gak paham sih, setelah 20 tahun lebih reformaai kita, tiba-tiba muncul pejabat militer masuk dalam demarkasi pengelolaan negara sipil ini,” tegasnya.
Dugaan Fahri Hamzah, hal ini terjadi karena TNI dan Polri bersatu, telah dimaknai sebagai bersatunya fungsi. Tentu hal ini disayangkan dan cukup menyedihkan.
Fahri mendukung semboyan TNI dan Polri bersatu. Tapi kita pasti harus menolak tugas TNI sama dengan Polri.
“Kita jangan lupa sejarah. Kita telah mengoreksi ABRI dan mengeluarkan POLRI dari-nya. Indonesia adalah negara hukum dan dikelola secara sipil. Militerisme masa lalu,” jelasnya.
Menurut mantan Wakil Ketua DPR ini, falsafah TNI adalah tentara rakyat dan hidup bersama rakyat, dan adalah benar-benar karena TNI lahir dari pergolakan patriotik membela bangsa dan negara.
“Itulah yang membuat TNI selalu dinanti. Dan TNI telah membuktikan kesigapannya membersamai kesulitan hidup rakyat di daerah bencana dan lain lain,” jelasnya.
“Sejak konfrensi pers Panglima TNI kemarin dan tindakan offside Pangdam Jaya itu tidak saja melukai nilai-nilai dasar kelahiran TNI sebagai tentara rakyat, tapi juga Sumpah Prajurit dan Sapta Marga,” tegasnya.
Menurutnya, TNI harus berada di luar politik dan menghormati hukum. Hukum negara bukan hukum rimba.
Dalam keadaan seperti ini, tadinya Fahri ingin diam saja. Tapi janganlah diamnya warga Indonesia yang paham hukum, membuat wilayah sensitif ini ditabrak.
Indonesia saat ini memerlukan suasana tenang dan bersahabat bagi persaudaraan dan persatuan nasional. Keadaan lagi sulit. Kita harus cari alasan untuk kompak.
Ayo kembali bersatu. Ngapain sih konflik ideologi ini bangkit kembali? Kan pemilu nasional (Pileg dan Pilpres) masih jauh. Ayo kawal Pilkada. Biar 270 daerah dapat pemimpin terbaik. Jangan rusak pilkada dengan isu pusat,” jelas Politisi Partai Gelora ini.
“Sama-sama nahan diri dong. Dewasa dikit kenapa sih,” kata Fahri Hamzah dalam cuitan panjang Sabtu pagi.