DEMOKRASI.CO.ID - Aksi boikot terhadap produk Prancis di beberapa negara terus berlanjut setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan ajakan tersebut untuk memprotes pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Namun, apakah aksi boikot tersebut juga berlaku bagi Ibu Negara Emine Erdogan?
Sudah bukan rahasia lagi bila Emine Erdogan suka bersolek dengan tas-tas branded berbendera Prancis. Ia diketahui mengoleksi sejumlah tas Hermes yang terkenal dengan harganya yang fantastis itu.
Jauh-jauh hari yang lalu, tas tersebut beberapa kali menemani penampilannya saat mendampingi sang suami melakukan kunjungan negara. Seperti saat, mereka menyambangi Osaka, Jepang, pada Juni 2019, dalam rangka KTT G20.
Keluar dari pesawat bersama sang suami, Emine Erdogan menenteng Hermes Kelly berwarna hitam. Harga tas tersebut ditaksir mencapai US$ 50 ribu atau sekitar Rp 730 juta.
Saking mahalnya, penampilan Emine pun menuai kritikan. Adalah koran lokal Turki, Cumhuriyet, yang menurunkan laporan untuk mengkritik penampilan mewah Emine yang kontras dengan nasib rakyatnya kala itu.
“Ketika Turki sedang berjuang dengan krisis ekonomi, Istana tidak bisa berhenti bergaya hidup mewah,” demikian koran tersebut menulis. Saat itu, Turki memang sedang mengalami krisis keuangan ditambah lagi tingginya inflasi. Menjelang Desember 2018, 4,3 juta warga Turki dilaporkan tidak memiliki pekerjaan.
Kondisi rakyat yang hidup susah karena krisis ini dianggap sungguh kontras dengan penampilan ibu negara Turki.
Kritik ini bukan yang pertama untuk Erdogan dan keluarga. Sebelumnya keluarga presiden Turki itu beberapa kali mengalami kecaman serupa. Apalagi Erdogan tinggal di dalam istana yang dijuluki sebagai salah satu terbesar di dunia.
Pembangunan istana itu dinilai kontroversial karena menghabiskan banyak uang, sementara rakyat Turki sendiri masih banyak yang miskin. Istana sang presiden nilainya mencapai Rp 7,2 triliun.