DEMOKRASI.CO.ID - Cendekiawan muda Ulil Abshar Abdala mempertanyakan sebutan ‘Gus’ pada sosok Sugi Nur Raharja.
Ulil pun mengkritik media yang banyak menyebut Sugi Nur sebagai Gus Nur.
Hal itu disampaikam Ulil Abshar Abdala melalui akun Twitter pribadinya, Minggu (25/10/2020) malam.
“Wahai teman-teman media: Sebutan yang tepat adalah Nur Sugik. Bukan Gus Nur. Dia bukan “gus”,” tulisnya.
Hal senada sebelumnya disampaikan Ketua Umum GP Anshor, Yaqut Yaqut Cholil Qoumas
Yaqut juga mengaku merasa aneh dengan gelar ‘Gus’ yang disandang Sugi Nur.
Sebab, sosok kelahiran Banten itu bukan anak seorang kiai dan tiba-tiba menyematkan ‘Gus’ secara pribadi.
“Dia enggak tahu malu. Enggak ada tiba-tiba orang dapat sebutan ‘Gus’,” ungkapnya.
Legislator dari Fraksi PKB ini mengurai, Sugi Nur kerap melakukan ujaran kebencian dalam setiap ceramahnya.
“Dari perilakunya, cara bicaranya, emang dia ini orang yang enggak tahu malu,” ujarnya.
“Ini hukuman yang setimpal atas perilaku Sugi yang banyak melakukan penghasutan, pecah belah, ujaran kebencian. Mulutnya memang kotor sekali,” katanya.
Menurutnya, Sugi Nur tidak pantas mengaku sebagai ustaz.
Sebab, apa yang disampaikan dalam setiap ceramahnya hanya berisi hasutan dan merusak citra Islam.
“Bagi orang yang tidak tahu Islam, melihat omongan-omongan Sugi ini gawat sekali,” sambungnya.
Hal senada juga pernah disampaikan Wakil Ketua Komisi VIII DPR dari Fraksi PKB, Marwan Dasopang.
Ia lantas menjelaskan asa-usul Gus Nur yang tak memiliki latar belakang mendukung untuk menyandang predikat ‘Gus’.
“Gus Nur ayahnya bukan kiai, dia sendiri tidak nyantri, tapi senang-senang aja menerima predikat ‘Gus’,”
“Padahal dia bukan santri, ayahnya juga bukan kiai, apa lagi punya pesantren,” kata Marwan beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, sebutan ‘Gus’ merupakan sebutan untuk anak kiai dalam tradisi Nahdliyin.
Sebutan itu dimaksudkan untuk merendah diri meski keilmuannya pantas dikatakan sebagai kiai atau ulama.