logo
×

Rabu, 07 Oktober 2020

Sindiran Telak Gus Dur untuk Anggota DPR: dari Anak TK hingga Provokator

Sindiran Telak Gus Dur untuk Anggota DPR: dari Anak TK hingga Provokator

 


DEMOKRASI.CO.ID - Ketegangan antara DPR dengan sejumlah tokoh publik bukan baru belakangan ini terjadi. Pasalnya, Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dahulu juga kerap melontarkan kritikan tajam kepada orang-orang yang duduk di lembaga legislatif negara ini.

Dilansir dari Hops.id — jaringan Suara.com, Gus Dus memang kerap menyuarakan kritikannya. Namun, cara penyampaiannya berbeda dari kebanyakan politikus lain. Pasalnya, ia mengkritik dengan lebih santun dan penuh humor.

Gus Dur dengan DPR dan MPR pernah terlibat dalam perseteruan pada 2001 silam. Puncak kejadiannya terjadi pada Senin 23 Juli 2001 dini hari. Kala itu, Gus Dur menerbitkan dekret terkait pembubaran DPR dan MPR.

Dalam dekret yang dibuatnya, Gus Dur mencantumkan tiga poin utama yakni pembekuan DPR dan MPR, pengembalian kedaulatan ke tangan rakyat dengan mengambil tindakan menyusun badan penyelenggara Pemilu dalam waktu setahun, serta menyelamatkan gerakan reformasi dari unsur-unsur Orba (Orde Baru) dengan jalan membekukan Partai Golkar.

Dekret yang dicanangkan oleh Presiden Keempat RI ini sontak menuai protes dari sejumlah pihak. Diantaranya adalah Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat sebagai Wakil Presiden dan Amien Rais selaku Ketua MPR.

Tidak hanya waktu itu saja, sindiran pedas Gus Dur kepada DPR juga beberapa kali terjadi di tempat dan waktu lainnya. Berikut adalah kompilasi beberapa sindiran Gus Dur yang dilontarkan dengan nada seolah-olah sedang bercanda.

Gus Dur Sebut DPR Mirip Anak TK

Presiden keempat RI Gus Dur pernah mengatakan ulah DPR seperti anak-anak TK. Sindirannya ini dilayangkan pada saat ia menghadiri sidang paripurna terkait pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.

“Keterangan saya tidak begitu dipahami karena memang enggak jelas bedanya antara DPR dan TK,” ujarnya.

Sindiran Gus Dur tersebut mengundang reaksi sejumlah anggota DPR. Beberapa dari mereka menuntut agar Gus Dur menarik ucapannya. Tak lama berselang, Gus Dur menjelaskan bahwa ucapannya hanya sebatas humor belaka.

Gus Dur menuturkan bahwa ia hanya menerapkan tradisi para Kyai di Pondok Pesantren yang waktu masih dipegangnya. Jadi, tidak ada maksud sama sekali untuk merendahkan lembaga DPR beserta jajarannya.

DPR Bukan Bocah TK, Tapi Turun Jadi Playgroup

Sindiran dari Gus Dur ini dilayangkan saat terjadi ketegangan antara Koalisi Kerakyatan dengan Koalisi kebangsaan. Gus Dur kala itu menyebut bahwa sikap DPR bukan semakin baik, tetapi malah semakin mundur.

Cucu K.H. Hasyim Asyari ini menyinggung sindiran sebelumnya yang mengatakan DPR bak anak-anak TK.

“DPR sekarang biarkan saja seperti ini. Termasuk adanya komisi tandingan dari Koalisi Kerakyatan. Karena DPR bukan taman kanak-kanak lagi tetapi sudah melorot menjadi Playgroup,” tukasnya.

Gus Dur Menyesal Sindir DPR seperti Anak TK yang Masih Suci

Ucapan Gus Dur ini disampaikan oleh K.H Maman Imanulhaq Faqieh atau Kang Maman, seorang Ulama yang kerap kali mendampingi Gus Dur hingga wafat.

Ia mengisahkan ceritanya saat berbincang-bincang bersama Gus Dur di Masjid Al Munawaroh, Bilangan Ciganjur, Jakarta Selatan.

Cerita tersebut dapat dibaca langsung dalam bukunya yang berjudul “Fatwa dan Canda Gusdur”.

Kala itu, Gusdur mengaku berdoasa meremehkan anak-anak dan ia samakan dengan DPR. Pasalnya, keduanya dinilai sangat bertolak belakang.

“Saya merasa berdosa telah meremehkan anak-anak yang suci, cerdas, dan kreatif dengan anggota DPR yang kotor dan kreatif mencari celah mencari uang,” tegas Gus Dur.

Anggota DPR Dijuluki ‘Prof’ yang Berarti ‘Profokator’

Sindiran Gus Dur ini dapat ditemukan di dalam sebuah buku berjudul “Gus Dur Menertawakan NU’ karya Chandra Hamzah.

Dalam bukunya, Chandra Hamzah mengaku pernah dibuat tertawa terpingkal-pingkal saat berbincang dengan cucu Pendiri NU ini.

Kala itu, Gus Dur bercerita pada Chandra Hamzah bahwa teman sekampungnya ada yang menjadi anggota DPR. Sejak saat itu, panggilan rekannya berubah. Ia mendapat julukan ‘prof’ dari teman-temannya.

Akan tetapi, usai ditelurusi ternyata julukan ‘prof’ bukan kepanjangan dari profesor melainkan ‘profokator’ atau Provokator.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: