DEMOKRASI.CO.ID - Warganet punya berbagai cara untuk mengekspresikan pendapatnya, salah satunya terkait pengesahan UU Cipta Kerja.
Obrolan warganet tentang Sunda Empire kembali muncul ke permukaan setelah DPR dan Pemerintah mengesahkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi UU Cipta Kerja dalam Rapat Paripurna yang digelar Senin (5/10/2020).
Menanggapi hal ini, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Koentjoro menilai positif fenomena bangkitnya kembali obrolan publik ihwal Sunda Empire.
Menurut dia, fenomena itu menunjukkan kekecewaan sekaligus kritikan elegan berupa satire.
“Menurut saya ini satire, bahasa-bahasa sindiran supaya pemerintah tahu. Kalau saya mending menggunakan satire-satire seperti ini daripada turun ke jalan di tengah pandemi, seperti ini lebih elegan, lebih menunjukkan kedewasaan berpikir. Zaman sudah berubah dengan media sosial mungkin punya kekuatan yang lebih daripada turun ke jalan di tengah pandemi,” kata Koentjoro melalui sambungan telepon, Selasa (6/10/2020).
Selain itu, dia mengatakan, satire Sunda Empire yang kembali digaungkan oleh netizen turut menggambarkan kekecewaan publik terhadap pengesahan UU Cipta Kerja.
“Saya sendiri dari perguruan tinggi kami merasa dibohongi karena kemarin sudah ada peryataan dari pemerintah kalau pasal-pasal yang menyangkut pendidikan itu dikeluakan dari omnibus law tetapi ternyata muncul di dalam Penyelenggaraan pendidikan, dan itu membuat kami sakit,” kata dia.
Salah seorang netizen, Eza Hazami, menuliskan setelah Sunda Empire ditangkap tatanan dunia malah menjadi kacau.
Dalam cuitannya itu, dia turut menyertakan formulir pendaftaran Sunda Empire.
“Formulir pendaftarannya Sunda Empire, Kali aja butuh,” cuitnya melalui akun @ezash.
Belum selesai, netizen Alfiandi, mencuit nada kekecewaan serupa ihwal keinginan dirinya untuk bergabung ke dalam Sunda Empire.
“Negara udah gak jelas, saatnya bergabung ke sunda empire,” kata dia.