DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menilai ada sebuah keanehan dalam peristiwa kegaduhan antara Komandan Komando Distrik Militer 0504/Jakarta Selatan, Kolonel Ucu Yustiana dengan para purnawirawan di TMP Kalibata, Rabu, 30 September 2020 lalu.
Meski Ucu hanya mengingatkan terkait batasan jumlah peziarah, namun hal itu menjadi pertanyaan. Sebenarnya tugas itu bisa dilakukan oleh aparat kepolisian.
“Seharusnya itu polisi karena itu tugas dari penertiban dan segala macam jadi ini agak aneh mengapa komandan kodim yang langsung ke situ maka analisis saya dia diperintahkan langsung untuk dia yang turun. kan dia juga punya diskresi untuk ‘mengatakan saya tahu itu wilayah saya karena itu saya akan koordinasi dengan polisi dan saya minta pak polisi yang di situ’ begitu,” kata Rocky, dalam videonya di akun YouTube Rocky Gerung Official yang dikutip Jumat, 2 Oktober 2020.
Perintah itu, kata Rocky, menimbulkan kekagokan dari Dandim karena harus menghadapi seniornya. Sebab, di dalam benak seorang prajurit, selalu ada penghormatan terhadap mantan atasannya dan itu melekat seumur hidup.
“Apalagi kalau komandan kodim satu komunitas misalnya Kopassus atau Kostrad baretnya sama, jadi beliau sebetulnya kalau saya analisis cuman dua antara menegakkan perintah dan berupaya untuk memberi hormat kepada purnawirawan itu,” ujarnya.
Rocky yakin pasti Dandim setelah melakukan tugasnya akan memberi penjelasan kepada para Purnawirawan. “Bayangkan waktu beliau pulang pasti beliau mau menerangkan itu kepada para purnawirawan karena dianggap kurang etis lah ada bawahan, ini kan bintang 4 semua,” kata Rocky.
Rocky juga meyakini para purnawirawan memaklumi apa yang dilakukan Dandim. Terlihat dari bahasa tubuh para purnawirawan yang sopan.
“Bahasa mereka sangat sopan, tidak memperlihatkan bahwa mereka pernah menjabat ini itu. Mereka selalu minta izin sebentar lagi ya, jadi sopan santun di dalam keperwiraan itu tetap terlihat di dalam makam para pahlawan,” ujarnya.