DEMOKRASI.CO.ID - Ironi Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Solo yang mempertarungkan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa (Gibran-Teguh) dan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo), membetot keprihatinan hingga ke wilayah timur Indonesia.
Tokoh Papua Christ Wamea pun menyuarakan keprihatinan itu, karena Gibran adalah putra sulung Presiden Jokowi dan Teguh merupakan anggota Fraksi PDIP DPRD Kota Solo, sementara Bagyo memiliki latar belakang sebagai tukang jahit dan Supardjo memiliki background sebagai ketua RW.
Lebih ironis lagi karena Gibran-Teguh diusung semua partai di Indonesia, kecuali PKS, sementara Bajo maju dari unsur perseorangan alias jalur independen.
Cukup hanya itu? Belum!
Selama masa kampanye yang dimulai pada 26 September hingga 5 Desember 2020 ini, sejumlah nama besar akan turun menjadi juru kampanye Gibran-Teguh, seperti Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, petinggi Partai Gelora, dan belakangan politisi Gerindra yang juga mantan Wagub DKI periode 2017-2022, Sandiaga Uno telah menyatakan akan ikut turun gunung berkampanye untuk Gibran-Teguh.
Sementara untuk kubu Bajo, sejauh ini yang telah menyatakan akan berkampanye untuk pasangan ini adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Tikus Pithi Hanata Baris yang merupakan organ relawan pendukung Jokowi di Pilpres 2019.
Nah, inilah komentar Christ atas ironi dalam Pilkada di Indonesia yang baru pertama kali ini terjadi tersebut:
“Pasangan “Bajo” tukang jahit dan ketua RW lawan anak presiden, tapi yang kampanye untuk anak presiden ibu Megawati, Puan, Sandiaga Uno, Hasto dan kemungkinan juga petinggi partai gelora. Seharusnya para politisi senior ini harus malu siapa yang gibran lawan,” katanya melalui akun Twitter-nya, @ChristWamea, seperti dikutip dekannews.com, Minggu (4/10/2020).
Christ pun memuji Bajo yang “berani” melawan “raksasa”.
“Pasangan Bajo memang hebat,” katanya.
Seperti diketahui, semula Gibran-Teguh terancam bakal berhadapan dengan kotak kosong karena lima dari enam partai pemilik kursi di DPRD Solo, yakni PDIP, Gerindra, PAN, Golkar dan PSI, mengusung pasangan in, sementara PKS yang hanya memiliki 5 kursi di DPRD Kota Solo dan tidak dapat mengusung calon sendiri, menyatakan menjadi oposisi.
Kemudian pasangan Bajo muncul dan berkas pengajuannya sebagai bakal calon walikota dan wakil Koa Solo dinyatakan lengkap oleh KPU Solo pada 23 September 2020 lalu.
Kemunculan pasangan dari jalur independen ini sebenarnya menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan, karena selain Ormas pendukungnya, yakni Tikus Pithi Hanata Baris, merupakan organ relawan pendukung Jokowi di Pilpres 2019, juga untuk dapat maju dari jalur independen persyaratan yang harus dipenuhi sangat berat, karena harus mendapatkan dukungan sebanyak 8,5% dari jumlah suara sah Pemilu di Solo, atau 35.870 pemilih yang dibuktikan dengan adanya foto copy KTP pemilih yang diserahkan ke KPU Solo dalam jumlah sebanyak itu.
Dan yang “ajaib”, meski hanya didukung satu Ormas, Bajo dapat menyerahkan 38.831 foto copy KTP!
Tal heran kalau muncul kecurigaan kalau Bajo merupakan pasangan rekayasa yang sengaja dimunculkan untuk menyelamatkan muka Gibran dan partai-partai pengusungnya, karena jika Gibran melawan kotak kosong dan ternyata kalah, Gibran dan partai-partai itu akan sangat malu.
Meski demikian, dari respon warganet terhadap cuitan Chris, terlihat kalau dukungan untuk Bajo ternyata luar biasa.
“Saya warga dari luar Solo lagi ngupil sambil menonton pertarungan tersebut. Mojon maaf jikalo anak raja yang menang, bisa dikatakan harga diri warga Solo murah dan mudah terpesona dengan pencitraan,” kata @Malao_Ngeluh.
“Ayo.. JO… yakinkan rakyat Solo tukang jahit bisa mengalahkan tukang martabak… Yang penting NEKAT,” kata @GembelJutek.
“Dengan seizin Allah SWT Gibran akan kalah. Allah SWT telah mengumpulkan orang-orang sombong itu dalam 1 kumpulan, sehingga mereka yakin akan menang karena kesombongan kekuatan mereka. Allah SWT akan menggulung mereka dengan satu pukulan saja. INSYA ALLAH … BIIDZNILLAH!!!,” kata @SandriWendi1.