logo
×

Kamis, 22 Oktober 2020

Merasa Tanpa Beban Di Periode Kedua, Kenapa Jokowi Tak Reshuffle Menteri?

Merasa Tanpa Beban Di Periode Kedua, Kenapa Jokowi Tak Reshuffle Menteri?

 


DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo pernah berucap akan memimpin Indonesia pada periode kedua tanpa beban, yang dia sampaikan beberapa bulan sebelum pelantikan hingga berkali-kali.

Berdasarkan catatan Kantor Berita Politik RMOL, Jokowi pernah menyatakan itu pertama kali saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Hotel Shangri-La, Jakarta, 9 Mei 2019.

Kemudian, pernyataan yang sama disampaikan kembali oleh Jokowi ketika melakukan pertemuan dengan pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), di Istana Merdeka, 13 Juni 2019.

Pernyataan tersebut kembali terlontar dari lidah Jokowi saat menghadiri halal bi halal dengan Aktivis ’98 pada 16 Juni 2019.

Secara eksplisit, Jokowi memahami dia tidak memiliki beban pada periode kedua lantaran tidak lagi bisa mencalonkan diri sebagai capres. Otomatis, hal ini membuat Jokowi akan lebih berani untuk membuat keputusan-keputusan yang tidak populer.

“Lima tahun ke depan, mohon maaf, saya sudah enggak ada beban. Saya sudah enggak bisa nyalon lagi. Jadi apa pun yang terbaik untuk negara akan saya lakukan,” ujar Jokowi dalam acara Musrenbangnas di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada 9 Mei 2019.

Pada 20 Oktober kemarin, pemerintahan periode kedua Jokowi yang didampingi Wakil Presiden Maruf Amin, genap berumur satu tahun.

Berbagai kritik evaluatif telah banyak disampaikan banyak pihak. Termasuk soal komitmen Jokowi bekerja tanpa beban untuk kebaikan bangsa dan negara.

Salah satu yang menyampaikan itu ialah Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, yang menyoroti perihal rencana Jokowi merhesuffle menteri-menterinya yang tidak becus bekerja.

Pasalnya, Jokowi pernah melontarkan rencana reshuffle saat rapat kabinet Indonesia Maju, yang membahas soal penanganan pandemi Covid-19 pada 18 Juli 2020.

Kala itu, Jokowi menampakkan kemarahannya kepada para menteri yang tidak maksimal menangani Covid-19. Hingga akhirnya, kegeramannya terus berlanjut pada rapat terbatas (ratas) 7 Juli 2020.

Dalam ratas tersebut, Kepala Negara meminta jajaran menteri untuk bekerja lebih keras lagi, yang dia istilahkan mengubah channel dari ordinary (biasa-biasa saja) menjadi extraordinary (luar biasa).

“Kinerja menteri era Jokowi memang di bawah rata-rata, hanya memperkeruh suasana, bukan mengatasi masalah tapi menambah masalah. Saya heran banyak bicara tanpa berpikir apa dampak dan manfaatnya,” ujar Jerry Massie kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (22/10).

Menurut Jerry, kinerja menteri Jokowi di periode kedua ini banyak yang blunder dan capaian kinerjanya juga minim. Karena, tidak memiliki kompetensi serta tidak menguasai masalah.

Atas kinerja menterinya tersebut, Jerry mengaku belum melihat ketegasan dari Jokowi untuk mengimplementasikan pernyataannya yang berani melakukan apapun karena tidak memiliki beban pada periode kedua ini.

“Jokowi sempat melontarkan pernyataannya di periode kedua dirinya tanpa beban. Nah kalau tanpa beban silahkan ganti saja menteri yang kinerja buruk. Kelihatan sekali politik cari muka di kabinet cukup besar dan juga politik penjilat kerap dimainkan,” ungkap Jerry.

“Sebagian menteri tak paham Covid-19, justru terlalu banyak bicara Covid-19, justru Menteri Kesehatan sudah jarang mengeluarkan pendapat. Beginilah kalau menteri di kabinet Jokowi wrong man and wrong place,” tandasnya.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: