DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo kembali marah kepada para pembantunya. Gara-garanya komunikasi buruk dalam mensosialisasikan omnibus law UU Cipta Kerja. Di mana imbasnya terjadi gelombang aksi dari buruh dan mahasiswa di sejumlah kota di tanah air.
Kemarahan itu sebagaimana disampaikan langsung Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko. Mantan panglima TNI ini juga menyebut bahwa teguran Jokowi ditujukan kepada semua menteri tanpa terkecuali.
Jika menilik kembali ke belakang, sebenarnya ini bukan kali pertama Presiden Jokowi marah pada menteri. Masih terekam dalam benak publik, bagaimana mantan walikota Solo itu memarahi para menteri dalam sidang kabinet paripurna.
Kemarahan Jokowi itu berlangsung pada 18 Juni 2020 dan baru disajikan ke publik 10 hari kemudian lewat video di YouTube.
Kemarahan ditujukan kepada para menteri yang masih bersantai menangani pandemi Covid-19. Menteri-menteri seolah tidak memiliki sense of crisis. Jokowi gamblang mengaku jengkel dan mengancam akan merombak menteri yang tidak segera melakukan langkah-langkah ekstraordinari.
Di awal Agustus Jokowi marah lagi. Gara-garanya aura krisis para menteri belum terlihat usai kemarahannya yang pertama. Serapan anggaran corona yang masih minim menjadi patokan Jokowi memberi penilaian.
Tidak segan-segan, dalam kemarahan kali ini Jokowi menyebut nama kementerian yang sangat minim dalam menyerap anggaran sehingga membuat penanganan corona belum maksimal.
Namun demikian, yang perlu digarisbawahi bukan berapa kali Jokowi memarahi para menteri. Tapi bagaimana efektifitas kemarahan Jokowi, sebatas pencitraan atau memang ingin mesin pemerintahan bekerja ekstra.
Pertanyaan itu muncul karena sudah berkali-kali Jokowi marah. Sementara di satu sisi tidak ada punishment yang diberikan pada menteri. Ancaman merombak kabinet yang digemborkan juga sebatas angin lalu yang belum juga terwujud.
Apalagi kini beragam kritik dan catatan miring disampaikan sejumlah pengamat mengenai kinerja Presiden Jokowi di tahun pertama periode kedua. Lembaga survei juga mencatat kepuasan publik pada kinerja Jokowi-Maruf menurun.
Tapi semua kritik dan survei tidak juga menggoyahkan pendirian Jokowi untuk segera mewujudkan ancaman para para menteri yang pernah dia umbar ke publik. Reshuffle kabinet belum juga terealisasi.
Kini publik pun meragukan keampuhan Jokowi dalam mengendalikan para menterinya. Di satu sisi dia marah terus, di sisi lain para menteri seperti merasa kebal karena kemarahan itu tidak berimbas apa-apa.
Bahkan dikhawatirkan para menteri sudah mahfum bahwa kemarahan Jokowi sebatas ajang untuk pencitraan.