DEMOKRASI.CO.ID - Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon mengunggah foto dalam akun instagram kenangan dirinya bersama salah satu anggota Polisi yang menjadi saksi mata tragedi pembantaian Lubang Buaya pada tahun 1965 yakni almarhum Sukitman.
Dalam caption foto tersebut Fadli Zon mengenang sosok Sukitman sekaligus mendoakan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah Ta'ala.
“Kenanganan bersama P Sukitman, polisi bersepeda yang menunjukkan lokasi sumur pembantain Lubang Buaya tempat jenazah Pahlawan Revoluasi sebelumnya disiksa n dibantai. Semoga almarhum diberi tempat terbaik di sisi Allah Ta’ala. Al Fatihah,” tulis instagram Fadlizon sebagaimana dikutip Okezone dalam akun instagramnya, Kamis (1/10/2020).
Diketahui dalam sejarah bangsa yang pernah mencatat tragedi besar pada tahun 1965, tersebutlah seorang perwira rendahan polisi Sukitman yang mencuat namanya. Bukan karena membongkar suatu kasus korupsi.
Melainkan lantaran Sukitman yang memandu RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) untuk menemukan lokasi sumur penimbunan para jenderal yang dibantai para oknum Partai Komunis Indonesia beserta simpatisannya, di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Gerakan 30 September1965 atau G30S/PKI jadi satu catatan sejarah kelam republik ini. Sejumlah pejabat teras TNI AD jadi korban keganasan Politbiro PKI, baik di Jakarta maupun Yogyakarta.
Dikutip dari buku ‘Kesaksian Sukitman, Penemu Sumur Lubang Buaya’, Agen Polisi II itu sedianya tengah mendapat tugas dengan rekannya, Agen Polisi II Sutarno, di pos jaga Iskandarsyah, dekat kediaman Brigjen Donald Isaac Pandjaitan – yang juga jadi korban pembunuhan PKI, di malam 30 September 1965.
Ketika mendengar tembakan dari arah kediaman DI. Pandjaitan di pagi buta 1 Oktober, segera Sukitman meninggalkan rekannya yang tetap di pos jaga, untuk mendatangi suara tembakan. Tapi di tengah kayuhan sepeda kumbangnya, Sukitman diberhentikan simpatisan Pemuda Rakyat.
Sukitman kemudian ikut diculik ke Lubang Buaya dan sempat disiksa. Sukitman juga jadi saksi ketika para jenderal dimasukkan ke sebuah lubang galian nan sempit. Karena takut ikut dibunuh, Sukitman pura-pura mati hingga akhirnya ketika penjagaan terhadapnya lengah ia melarikan diri.
Segera Sukitman melapor ke markas RPKAD pada 3 Oktotber dan dipertemukan dengan Kolonel Sarwo Edi Wibowo. Sukitman diminta membuat denah tempat pembuangan mayat para jenderal, untuk dijadikan petunjuk pasukan RPKAD menggerbek lokasi tersebut.
Saat menjadi pemandu dengan dibawa Mayor CI Santoso dan ajudan , Kapten CPM Subarti, Sukitman nyaris tak bisa menemukan lubang yang dimaksud, lantaran tertimbun sampah. Beruntung, lubang tersebut bisa ditemukan.
Karier Sukitman memang sedianya tak punya catatan cemerlang, tapi perannya sebagai saksi hidup peristiwa G30S hingga bisa jadi penuntut ditemukannya para jenderal itu, namanya mencuat. Polisi kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada 30 Maret 1943 itu setidaknya mendapati penghormatan di hari terakhirnya.
Sukitman yang wafat di usia 64 tahun di Rumah Sakit Bakti Yudha Depok pada 13 Agustus 2007, dihormati dengan upacara kemiliteran ketika disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.