DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa angka kesembuhan dari covid-19 di Indonesia berada di bawah angka global.
Ia pun meminta agar standar pengobatan covid-19 dapat diterapkan untuk meningkatkan angka kesembuhan.
“Kemudian rata-rata kesembuhan di negara kita yaitu 73,76%, ini sedikit lebih rendah dibandingkan kesembuhan dunia di angka 73,85%,” ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas yang disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (28/9).
Jokowi juga menegaskan standar pengobatan untuk pasien covid-19 harus mengacu pada standar yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan.
Standar itu harus diterapkan di semua tempat perawatan hingga wisma karantina.
“Oleh sebab itu, saya tadi malam mendapatkan laporan dari wakil ketua komite dan juga dari menteri kesehatan bahwa standar untuk pengobatan semuanya sudah diperintahkan untuk mengacu pada standar yang diberikan oleh Kemenkes, baik itu di ICU, di ruang isolasi, dan wisma karantina,” katanya.
Presiden Jokowi pun optimistis vaksin corona akan tersedia pada akhir tahun ini atau awal 2021. Jokowi menyatakan vaksin tersebut baru bisa diberikan ke sekitar 170-180 juta penduduk Indonesia.
Melihat kenyataannya, saat ini memang masyarakat dihadapkan dilema di tengah wabah covid-19. Salah satunya adalah peran pemerintah yang sangat lemah dan tak memiliki terobosan tokcer untuk memangkas keganasan virus corona ini.
Oleh sebab itu, tak heran jika banyak pihak yang terus berteriak dan mengkritisi pemerintahan Jokowi dalam menangani covid-19.
Bahkan, selama ini Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terkesan diam, mulai menyentil keseriusan pemerintah salam menangani covid-19.
SBY meminta pemerintah tak bergantung pada vaksin dalam menangani pandemi virus corona (covid-19). SBY tak ingin pemerintah kendor dalam mengatasi penyebaran virus tersebut.
SBY menyadari pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia telah berusaha mengatasi pandemi ini. Namun, katanya, semua pihak harus mengakui kerja selama ini belum sepenuhnya berhasil.
“Harus terus dilakukan evaluasi, setelah itu lakukan koreksi dan perbaikan terus-menerus. Jangan kendor. Jangan hanya menunggu dewa penolong yang disebut vaksin,” ungkap SBY dalam podcast di akun Facebook Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (2/10).
SBY mempertanyakan apakah saat vaksin ditemukan, seluruh orang bisa terselamatkan.
SBY juga bertanya apakah dunia bisa adil agar rakyat miskin sekalipun bisa mendapatkan vaksin Covid-19.
Pendiri Partai Demokrat ini mengingatkan jutaan orang yang meninggal dunia terpapar Covid-19 bukan statistik semata. Menurutnya, pemerintah di seluruh dunia perlu bekerja lebih keras lagi dari sekadar menunggu vaksin.
SBY dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah, di negara manapun, paling bertanggung jawab menyelesaikan pandemi ini.
Menurutnya, rakyat telah memberikan mandat kepada pemerintah melakukan apapun guna menyelamatkan mereka di saat sulit.
“Pimpin kami, bimbing kami, dan bantu kami. Jangan biarkan kami rakyat kebanyakan kehilangan harapan, diliputi rasa takut, dan tidak lagi percaya kepada dunia dan negaranya,” pungkasnya.