DEMOKRASI.CO.ID - Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengaitkan Islam dengan terorisme memicu kecaman dari negara muslim dunia tak terkecuali Indonesia.
Buntut dari pernyataan itu yakni terjadi penyerangan oleh seorang pemuda Tunisia bernama Brahim al-Aouissaoui di sebuah gereja di Kota Nice pada Kamis (29/10). Dalam serangan itu, tiga orang tewas di mana satu di antaranya dipenggal.
Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, mengatakan Presiden Jokowi harus menghubungi langsung Macron membahas masalah ini. Dengan begitu, rentetan peristiwa kekerasan dapat dihentikan.
“Presiden Jokowi yang memiliki kedekatan dengan Presiden Macron perlu melakukan kontak langsung melalui telepon agar dapat menghentikan rangkaian kekerasan mengerikan di masa datang demi kemanusiaan,” kata Hikmahanto dalam keterangannya, Sabtu (31/10).
Sejauh ini, Macron tidak bergeming dengan desakan sejumlah pihak yang meminta dirinya menyampaikan permohonan maaf kepada umat Islam. Hikmahanto menilai, jika Macron tetap keras kepala, hal itu dapat berujung pada tragedi kemanusiaan.
“Tragedi kemanusiaan dapat terjadi mengingat pemerintah di mana pun tidak akan mampu untuk membendung tindakan pribadi yang dilakukan oleh warganya terhadap hal yang berbau Prancis, seperti halnya di Prancis sendiri,” ucap Hikmahanto.
“Presiden Jokowi dalam konteks pertemanan dapat menyarankan agar Presiden Macron menarik pernyataannya dan meminta maaf kepada umat muslim,” tambah dia.
Kedekatan Jokowi dan Macron Harus Dimanfaatkan
Hikmahanto menambahkan, Jokowi memang cukup akrab dengan Macron. Hal itu terlihat ketika mereka akrab dalam acara KTT G20 di Osaka pada 2017.
Jokowi, kata Hikmahanto, diharapkan mau berbicara langsung dengan Macron atas nama kemanusiaan. Mengingat Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar sehingga sangat memahami perasaan umat muslim.
“Pendekatan Presiden Jokowi ini tentu berbeda dengan Presiden Turki, Erdogan. Bila Erdogan menggunakan hard approach terhadap Presiden Prancis yang sudah dipastikan tidak akan efektif, namun pendekatan Presiden Jokowi merupakan soft approach,” jelas dia.
“Sekali lagi apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah demi kemanusiaan, bukan karena mewakili negara muslim,” tutup Hikmahanto.