DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengapresiasi diksi ‘resolusi jihad’ yang melandasi Hari Santri. Menurutnya, resolusi jihad mencerminkan kecermatan berpikir yang dilandasi akal sehat dan ajaran agama.
“Dalam resolusi jihad disebutkan bahwa muslim yang berada dalam radius 94 km dari kedudukan musuh, hukumnya fardu ain (kewajiban personal berlaku untuk seluruh umat Islam) untuk ikut bertempur, sedangkan di luar radius itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban yang dapat diwakilkan),” kata Fachrul Razi dalam sambutannya di peringatan Hari Santri di kantor Kemenag, seperti dikutip dari situs resmi Kemenag, Kamis (22/10/2020).
“Angka 94 km diperoleh dari perhitungan jarak tempuh manusia saat itu yang masih memungkinkan mereka untuk menjamak salat Zuhur dan Asar. Perhitungan cermat itu di dalam ilmu militer termasuk bagian dari ‘backward planning’,” imbuh Fachrul, yang merupakan purnawirawan TNI.
Sikap ini, kata Fachrul, menunjukkan para santri selalu ingin meneguhkan perjuangannya tanpa mengabaikan kewajiban dan nilai-nilai ajaran agama. Menurut Fachrul, niat baik yang dilakukan dengan cara yang baik dan konstruktif sesuai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin menjadi rambu-rambu utama yang dipegang teguh para santri.Untuk diketahui, Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober berdasarkan Keppres Nomor 22 Tahun 2015. Penetapan Hari Santri antara lain didasarkan pada resolusi jihad yang dicetuskan pendiri NU KH Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945. Resolusi itu lalu mendorong lahirnya perjuangan para santri dari berbagai daerah bersama arek Suroboyo melawan penjajah Belanda pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
“Selama didasari niat baik dan konstruktif, insyaallah sejalan dengan perjuangan Islam. Bila dilakukan dengan niat jahat dan destruktif, pastilah bukan yang dicontohkan para santri dalam resolusi jihadnya,” ujar Fachrul.
Fachrul juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilainya menghargai perjuangan para santri. Menurut Fachrul, santri menjadi teladan sikap warga yang teguh dalam beragama dan terdepan dalam bela negara.
“Santri dan para pengasuhnya bukan badan perjuangan yang dibentuk untuk tugas bertempur sebagai alat pertahanan negara. Namun, ketika santri kemudian bertekad dan terpanggil untuk mengadu jiwa mengusir penjajah dari bumi Indonesia, itu nilai tertinggi yang sangat pantas diberi penghargaan dan diapresiasi,” ujar Fachrul.
Lebih lanjut Fachrul menilai santri menjadi contoh orang yang rela berkorban demi keutuhan bangsa dan negara. Santri yang amanah, menurutnya, juga akan membuat Indonesia kuat.
“Santri menunjukkan bahwa setiap orang harus rela mengorbankan apa pun yang dipunyainya demi menjaga tegak dan utuhnya negara dan bangsa tercinta,” ungkap Fachrul.
“Selamat Hari Santri. Santri sehat, cerdas, dan amanah, Indonesia kuat,” tandasnya.
Selamat Hari Santri Nasional 2020!