logo
×

Jumat, 02 Oktober 2020

Budiman: Ada yang Ingin Indonesia Kembali ke Masa Orde Baru, Rezim Otoriter

Budiman: Ada yang Ingin Indonesia Kembali ke Masa Orde Baru, Rezim Otoriter

 


DEMOKRASI.CO.ID - Indonesia akan berumur 100 tahun pada 2045. Pada usia emas itu, keanekaragaman budaya Indonesia diprediksi bisa menjadi hegemoni di dunia.

Menurut Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko, ini bisa terjadi karena Indonesia punya keunikan tersendiri dibandingkan negara lain.

“Soft power Indonesia akan semakin dibutuhkan dunia untuk menjaga harmoni dalam tatanan masyarakat dunia yang semakin singular,” ujar Budiman dalam Webinar Nasional Pancasila yang diselenggarakan BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali.

Menurut Budiman, aneka ragam budaya Indonesia akan setara dengan keanekaragaman di beberapa negara yang menjadi satu. “Satu negara beragam budaya, berarti apa? Ada pengaruh Islam, pengaruh Katolik, pengaruh Hindu, satu negara beragam budaya. Menangani satu Indonesia bagaikan menangani beberapa negara,” sambung Ketua Dewan Pengawas Koperasi Satelit Desa ini.

Namun, dia menyayangkan, tak semua masyarakat Indonesia siap dan setuju bila Indonesia menjadi pusat hegemoni dunia.

Menurut dia, di dalam negeri terjadi pertarungan gagasan karena ada pihak yang ingin Indonesia tetap terbelakang. Namun, ada juga yang pragmatis, dan ada juga yang berpikir ke depan.

“Ada yang ingin Indonesia menjadi terbelakang dan asing, ada yang ingin kembali ke masa lalu, ke masa Orde Baru, ke masa rezim otoriter, dan ada yang pragmatis,” katanya.

Penggagas Undang-Undang Desa ini juga mengajak generasi muda jangan sampai salah sisi sejarah. Menurutnya, pilihannya cuma dua yakni kembali ke masa lalu atau songsong masa depan.

Budiman memperkenalkan konsep Trisakti ABC, dengan merujuk pada konsepsi Trisakti Bung Karno. Dia menjelaskan konsep Trisakti ABC mencakup tiga ide penting yang terdiri atas 3A (alami, asasi, abadi), 3B (berdana, berdata, berdaya), dan 3C (cinta, cita, cipta).

Dia menjelaskan 3A terkait dengan gerakan selaras dengan alam, pemerataan akses ekonomi, dan keberlanjutan. Sedangkan 3B terkait dengan penghasilan masyarakat yang mencukupi, terjaminnya hak atas data, dan akses pengembangan diri.

“Manusia Indonesia harus memiliki penghasilan minimum untuk kebutuhan dasarnya, harus memiliki hak atas data yang dihasilkan dari dirinya dan harus memiliki kesempatan untuk selalu mengembangkan potensi diri,” tegasnya.

Sedangkan 3C berhubungan dengan kemunculan generasi yang kaya ide-ide futuristik dan kemampuan menciptakan inovasi kepada masyarakat luas. Terkait cinta, cita, dan cipta, dia mengatakan generasi muda harus mencintai apa yang dilakukan mereka saat ini untuk menggapai cita dan memunculkan karya atau cipta.

Agar bisa menjadi hegemoni dunia pada tahun 2045, Budiman memaparkan, generasi muda harus bisa menjadi masyarakat yang bertransformasi. “Generasi muda harus lincah dan adaptif. Lincah menggunakan teknologi yang selalu berkembang, dan adaptif dengan kemajuan zaman,” ucapnya.

Menyinggung soal peran Pancasila dalam kemajuan teknologi, Budiman menyatakan Pancasila harus disampaikan dengan cara yang mengikuti perkembangan zaman.

“Ada dua cara bagaimana Pancasila itu bisa disampaikan dengan gaya yang cool, harus entertaining, harus menginspirasi, bukan ditakut-takuti supaya muncul dukungan terhadap Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika yang masif,” ucapnya.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: