DEMOKRASI.CO.ID - Perusahaan farmasi milik BUMN PT Bio Farma (Persero) dipercaya Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) menjadi salah satu dari tujuh kandidat untuk memenuhin kebutuhan vaksin Covid-19 dunia, jika lolos uji tuntas (due dilligence).
CEPI merupakan kemitraan antarpemerintah, lembaga swasta, filantropi, dan masyarakat madani yang fokus mengembangkan vaksin serta mengantisipasi dan mencegah pandemi. Lembaga non profit internasional yang bermarkas di Oslo, Norwegia.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, Bio Farma merupakan perusahaan vaksin yang sudah berpengalaman lebih dari 100 tahun sehingga menjadi hal yang wajar masuk dalam daftar calon produsen vaksin Covid-19 dunia.
Menurut Toto, jika Bio Farma berhasil terpilih untuk memasok kebutuhan vaksin Covid-19 dunia internasional hal tersebut akan menjadi momentum yang tepat untuk menjadikan holding farmasi Indonesia sebagai salah satu pemain vaksin kelas dunia.
“Kalau benar terpilih maka bisa jadi momentum yang tepat untuk menjadikan holding farmasi Indonesia sebagai salah satu pemain vaksin kelas dunia,” ujar Toto dalam keterangannya, Kamis (1/10).
“Anak perusahaan anggota holding seperti Kimia Farma (KAEF), Indofarma (INAF) dan Phapros bisa menjadi industri pendukung yang kuat dengan spesialisasi masing-masing,” imbuhnya.
Selama ini, kata Toto, Bio Farma dikenal sebagai perusahaan pembuat vaksin dan antisera terbesar di Indonesia. Dikancah internasional, Bio Farma juga menyokong kebutuhan 2/3 pertiga kebutuhan vaksin dunia dan telah dipercaya oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) terkait pengadaan vaksin halal.
“Bio Farma punya jaringan international yang kuat dan sangat terkenal buat vaksin penyakit tropis. Mereka (Bio Farma) juga punya jaringan ekspor ke puluhan negara serta dipercaya OKI terkait vaksin halal,” katanya.
Saat ini CEPI sedang melakukan peninjauan terhadap kapabilitas dan kapasitas Bio Farma dalam memproduksi vaksin Covid-19.
Dalam peninjauan tersebut CEPI memeriksa kualitas dan sistem produksi vaksin Bio Farma, sistem analisis laboratorium, hingga sistem teknologi informasi di Bio Farma dalam produksi vaksin.
“Dengan reputasi ini maka saya kira wajar kalo Bio Farma masuk dalam shortlist CEPI untuk produsen vaksin corona. Tentu due dillegence telah dilakukan dengan komprehensif terhadap Biofarma terkait kemampuan fasilitas lab, fasilitas produksi dan fasilitas keamanan lainnya, sehingga mudah-mudahan Bio Farma akan terpilih,” harapnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi memamparkan Bio Farma masuk dalam daftar tujuh kandidat yang dipercaya CEPI untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 dunia.
“Setelah melalui proses cukup panjang, Bio Farma berhasil masuk dalam shortlist manufaktur vaksin atau disebut seven potential drug manufacturers for Covid-19 vaccine dari CEPI,” ujar Retno Marsudi, Selasa (22/9).
Retno menambahkan, sejumlah ahli sudah melakukan uji beberapa aspek, untuk hasi uji tuntas (due diligence) dari CEPI sendiri akan diumumkan sekitar awal Oktober.
“Due dilligence ini dilakukan terhadap beberapa aspek, antara lain kapasitas manufaktur, sistem analisa laboratorium, dan sistem IT Bio Farma,” terangnya.
Selain kerjasama CEPI dan Bio Farma, Indonesia telah meneken komitmen pembelian vaksin Covid-19 dengan berbagai perusahaan farmasi dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.
Retno memastikan Indonesia akan memperoleh 20 juta sampai 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada 2020 dan 290 juta-340 juta dosis vaksin pada 2021.
“Sumber vaksin berasal dari Sinovac dan Sinopharm serta G42 dari UAE (Uni Emirat Arab, red). Selain itu Indonesia juga bekerja sama dengan Genexine dari Korea Selatan,” imbuhnya.