DEMOKRASI.CO.ID - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok mau membentuk Tim Khusus untuk fokus menangani calon investor yang pernah berminat kerja sama di proyek kilang Pertamina.
Nantinya, Tim Khusus itu akan bernegosiasi ulang dengan calon investor yang sempat berminat menggarap proyek kilang dengan Pertamina.
“Untuk negosiasi ulang semua investor yang pernah dan mau kerjasama dengan Pertamina,” kata Ahok kepada detikcom, Sabtu (3/10/2020).
Selain itu, Ahok juga sebelumnya mengatakan Tim Khusus ini juga akan menganalisa apa penyebab calon partner Pertamina memutuskan mundur dari proyek kilang.
“Sedang bentuk tim buat jajaki dan sudah audit juga penyebabnya,” kata Ahok dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2020).
Melengkapi Ahok, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, Tim Khusus itu nantinya akan bertugas memberikan pemahaman pada calon investor Pertamina agar yakin untuk melakukan kerja sama.
“Secara garis besar, tim ini dibentuk agar proses strategic partnership lebih optimal sehingga calon investor paham dan confident dengan outlook project Pertamina nantinya,” urai Fajriyah ketika dihubungi detikcom secara terpisah.
Sebagai informasi, Ahok juga pernah bilang akan mengaudit ulang proyek-proyek kilang Pertamina. Ia menilai, penjelasan terkait proyek kilang Pertamina yang pernah dilaporkan padanya hanyalah untuk memancing agar ia emosi dan segera dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), kemudian dia dianggap sebagai pengganggu keharmonisan.
“Terus sudah ditawarin kenapa ditolak? Terus kenapa kerja seperti ini? Saya lagi mau audit. Cuma saya emosi juga kemarin. Mereka lagi mancing saya emosi, saya emosi laporin Presiden apa? Ahok mengganggu keharmonisan,” kata dia dalam video yang diunggah akun POIN di YouTube, Rabu (16/9/2020).
Mengutip laman resmi Pertamina, kini Bisnis pengolahan memiliki dan mengoperasikan 6 buah unit kilang dengan kapasitas total 1.046,70 ribu barrel.
Beberapa kilang minyak seperti kilang RU-III Plaju dan Kilang RU-IV Cilacap terintegrasi dengan kilang Petrokimia. Beberapa Kilang tersebut juga menghasilkan produk LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu. Kilang LPG Pangkalan Brandan dan Mundu merupakan kilang LPG yang operasinya terpisah dari kilang minyak, dengan bahan bakunya berupa gas alam.
Pertamina juga sudah lama punya niat bikin kilang baru, tapi sampai sekarang belum terealisasi. Raksasa migas Timur Tengah, Saudi Aramco sudah menyatakan minta untuk jadi partner Pertamina membangun kilang, tapi akhirnya batal.
Setelah Aramco mundur, Pertamina mengaku ada beberapa perusahaan menyatakan minat untuk menggarap pembangunan kilang RDMP Cilacap.
“Jadi sekarang ada beberapa perusahaan yang menyatakan minat untuk kemudian berpartner dengan Pertamina,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam diskusi virtual yang disiarkan di Facebook, Senin (15/6/2020) silam.
Nicke memastikan Pertamina tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek pembangunan kilang, termasuk di Cilacap walaupun Saudi Aramco mundur. Dia pun menjelaskan latar belakang hengkangnya perusahaan tersebut.
“Ya memang kita juga mengatakan kalau dealnya itu tidak terjadi karena Aramco menawar kilang eksisting kita terlalu murah, bedanya itu US$ 1 billion lebih gitu. Nah kalau aset negara kemudian dihargai lebih murah US$ 1 billion ya kan masalah, masalah ini kerugian negara, ya lebih baik tidak deal kalau begitu kan,” jelas Nicke.