DEMOKRASI.CO.ID - Gatot Nurmantyo mengaku heran dengan kericuhan yang terjadi saat acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
“Ya saya nggak tahu terkait keributan itu, selesai ziarah kan saya pulang, tapi permasalahannya adalah mereka ini kan, gini lho, kan ada UU ya kan, UU yang mengatur kebebasan dimuka umum. Jadi UU nomer 9 tahun 1998, tentang kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum,” kata Gatot seperti diberitakan Detik.com, Jumat (2/10).
“Pasal 6 disebutkan bahwa warga negara yang menyampaikan pendapat dimuka umum, antara lain berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menghormati hak dan kebebasan orang lain, menghormati aturan moral yang diakui umum, mentaati hukum dan peraturan perundangan-undangan, menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan juga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” lanjutnya.
Sebut Kehadiran KAMI Jadi Berkah, Gatot Nurmantyo: Kalau Perlu Demonya Diperbanyak Lagi!
Mantan Panglima TNI itu mempertanyakan apakah para pengunjuk rasa di TMP sudah menerapkan pasal tersebut.
“Nah sekarang yang saya tanyakan kepada mereka yang berunjuk rasa, bersamaan dengan kami berziarah di TMP kemarin, apakah mereka memenuhi kewajiban kewajiban itu, pasal pasal itu,” ujarnya.
Ia menyebut aparat keamanan seperti tidak menertibkan tapi justru menekan para purnawirawan.
“Kemudian pertanyaan juga, apakah petugas petugas yang begitu banyak itu mencoba menertibkan mereka? justru petugas bukan menertibkan mereka, justru kami yang berziarah para purnawirawan yang sudah tua-tua ini, yang ditekan-tekan terus buat bicara untuk berhadap-hadapan dengan tentara aktif dan mantan tentara,” ujarnya.
“Apakah pembiaran ini sengaja untuk mengganggu orang yang sedang berziarah, kan? saya nggak tahu, padahal kan kita berziarah itu untuk menghormati, meneladani, senior-senior kami yang sudah mengorbankan semuanya untuk bangsa ini. Sekaligus untuk mendoakan,” lanjut Gatot.
Sebut Kehadiran KAMI Jadi Berkah, Gatot Nurmantyo: Kalau Perlu Demonya Diperbanyak Lagi!
Menurutnya, kejadian seperti itu menunjukkan bahwa negara harus diselamatkan. Gatot menyebut larangan ziarah ke makam pahlawan bisa menghilangkan sejarah.
“Terus apa yang salah pada kami ini, saya ini undangan gitu lho. Jika terjadi seperti itu, kami makin yakin bahwa negeri ini harus diselamatkan, karena kalau nanti 17 Agustus tidak boleh ziarah, 5 Oktober TNI nggak boleh ziarah, hari pahlawan nggak boleh ziarah, itu kan penghilangan sejarah, itu berdampak pada membuat gerus jiwa perjuangan anak bangsa ini, karena nggak pernah diajarin nggak tau sejarah bangsa,” katanya.