DEMOKRASI.CO.ID - Setelah 56 tahun berada di luar angkasa, sebuah satelit NASA kuno Orbiting Geophysics Observatory 1 atau OGO-1 terbakar saat kembali memasuki atmosfer bumi pada Sabtu (29/8).
Badan antariksa NASA meluncurkan satelit OGO-1 pada September 1964. Satelit ini menjadi yang pertama dari lima misi untuk meneliti lingkungan magnet di sekitar Bumi.
Mengutip 9News, Selasa (1/9), sejak pensiun pada tahun 1971, satelit itu telah mengitari Bumi tanpa tujuan dan secara bertahap kehilangan kecepatan dan ketinggian sampai pada akhir pekan gravitasi planet menariknya ke bawah hingga ujungnya membara.
Pada hari Sabtu ia memasuki kembali atmosfer bumi sekitar 160 km tenggara Tahiti melewati Samudra Pasifik selatan.
Fotografer yang berbasis di Tahiti, Bruno Levionnois, menangkap momen dramatis terakhir OGO-1 dan memposting rekamannya di media sosial.
Gambar-gambar tangkapannya menunjukkan api meletus dari satelit saat melewati pulau sebelum pecah menjadi potongan-potongan kecil. Para ahli percaya sebagian besar pesawat luar angkasa terbakar dan puing-puing yang tersisa jatuh tanpa membahayakan ke laut.
Observatorium seberat 500kg diluncurkan pada tahun 1964 dan hanya beroperasi selama beberapa tahun mempelajari magnetosfer Bumi - wilayah ruang di sekitar planet kita yang dikendalikan oleh medan magnet Bumi.
Datanya terbukti berharga bagi para peneliti NASA, tetapi setelah menemui masalah teknis, misi tersebut ditinggalkan pada tahun 1971.
Empat satelit serupa yang diluncurkan pada 1960-an telah dipensiunkan. Mereka, seperti OCO-1 (Orbiting Carbon Observatory-1) kembali memasuki atmosfer bumi dan puing-puingnya mendarat di berbagai bagian lautan.[rmol]