DEMOKRASI.CO.ID - Indonesia sebenarnya sudah masuk dalam resesi di kuartal II 2020. Hanya saja perhitungan yang digunakan untuk menentukan krisis berbeda dengan dunia internasional yang membandingkan kuartal dengan kuartal sebelumnya.
Terlepas dari itu, ekonom senior DR. Rizal Ramli memastikan resesi itu akan berlanjut di kuartal III 2020.
Pernyataan ini didasarkan pada pertambahan kredit di semester satu yang hanya tumbuh 4 persen. Padahal kondisi normal laju kredit adalah 15 persen, sehingga menunjukkan adanya daya beli yang tumbuh.
Selain itu, Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur tersebut juga mencatat bahwa serapan anggaran masih minim. Hanya 25 persen dari yang direncanakan.
“Jadi fungsi stimulus, pompa kebijakan fiskal tidak berjalan, itu kenapa Pak Jokowi marah,” terangnya dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta nasional beberapa waktu lalu.
Rizal Ramli juga mencatat bahwa pemerintah tidak memiliki fokus yang serius untuk dikerjakan. Padahal pihaknya pernah mengusulkan agar ada pengalihan strategis anggaran yang sungguh-sungguh.
“Artinya kita fokus sama tiga sektor aja, sektor untuk mengurangi corona, kedua untuk kasih makan yang nganggur dan pekerja harian selama 6 bulan, ketiga adalah fokus kepada peningkatan produksi pangan,” beber mantan Menko Maritim itu.
Namun usulan ini tidak mampu diterjemahkan dengan baik oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sebab nyatanya masih ada beragam proyek yang akan dikebut oleh pemerintah.
Jadi Pak Jokowi ini sudah nangkep message yang kami sampaikan supaya ada realokasi anggaran strategis. Dia pakai istilah itu loh setelah kami ungkapkan,” terangnya.
“Tetapi angka-angkanya tidak mencerminkan itu. Kenapa? Karena fokusnya masih mau ini mau itu. Kita lihat waktu 98 semua proyek-royek besar kita hentikan dulu nanti kalau ada uang kita lanjutkan lagi,” demikian RR. (Rmol)