DEMOKRASI.CO.ID - Pengumuman resesi dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dinilai terlalu terlambat. Selain terlambat, juga ada penggunaan definisi yang aneh dalam memaknai resesi di negeri ini.
Begitu kata ekonom senior DR. Rizal Ramli menanggapi pengumuman bahwa Indonesia akan mengalami resesi pada akhir September dari Menteri Sri Mulyani.
“Itu pernyataan terlambat, pernyataan telmi (telat mikir),” ujarnya dalam sebuah wawancara yang diunggah di YouTube, Kamis (24/9).
Di seluruh dunia, kata Rizal Ramli, resesi didasarkan pada perbandingan dua kuartal berturut-turut yang negatif. Jika definisi ini digunakan, berarti Indonesia sudah resesi sejak awal tahun ini.
“Jadi kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 dengan kuartal IV 2019 itu sudah negatif minus dua koma sekian persen. kuartal II 2020 bandingin kuartal I 2020 itu juga negatif,” urainya.
Artinya, jika Indonesia memakai rumusan yang lazim di dunia Internasional, maka sebenarnya Indonesia sudah resesi. Hanya saja Sri Mulyani menggunakan perbandingan yang tidak lazim, yaitu perbandingan antar satu kuartal dengan kuartal sama di tahun sebelumnya.
Jadi mohon maaf, Ibu Menteri Keuangan kita ini sudah biasa kayak politisi, banyakan bohongnya, banyakan plesetannya. Kalau profesional ekonom, itu nggak begitu, selalu soal angka-angka,” tegasnya.
“Sri Mulyani belakangan ini lebih banyak politisinya, ketimbang dengan profesional ilmuwan,” demikian Rizal Ramli.