DEMOKRASI.CO.ID - Pilkada Solo dihantui serangan golput menyusul munculnya dua kandidat, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan calon independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo). Golput dinilai oleh sejumlah pihak sebagai sikap politik karena tidak mau mencoblos salah satu dari dua pilihan itu.
Wacana salah satunya muncul dari PKS yang pada akhirnya tidak bisa membentuk koalisi baru untuk melawan Gibran-Teguh. Di sisi lain, pemilik 5 kursi DPRD Solo itu tidak mungkin menaruh dukungan kepada pasangan independen.
Ketua DPD PKS Solo, Abdul Ghofar, mengatakan partainya membuka opsi untuk golput, bahkan berkampanye golput untuk pemilihan 9 Desember 2020. Namun hal tersebut masih akan mempertimbangkan pendapat kader hingga konstituen.
"Untuk pilihan 9 Desember, kita masih belum menentukan. Itu kan masih tiga bulan, masih kita pertimbangkan," kata Ghofar saat dihubungi detikcom, Senin (31/8).
"Kita pertimbangkan nanti apakah golput atau juga berkampanye golput," sambungnya.
Angin segar bagi PKS, ternyata Bawaslu menyebut kampanye golput bukan sebagai pelanggaran selama tidak menggunakan uang atau materi lain untuk mengarahkan sikap masyarakat. Meskipun seharusnya, partai politik bertanggung jawab untuk menyukseskan pilkada dengan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
Menyusul PKS, para aktivis yang sebelumnya menyuarakan kotak kosong kini membuka opsi untuk berkampanye golput. Hal tersebut merupakan sikap untuk mengkritisi elite politik yang mempertontonkan demokrasi yang tidak sehat.
Seperti diketahui, koalisi Gibran-Teguh diisi oleh PDIP, Golkar, PAN, Gerindra dan PSI dengan total 40 kursi dari 45 kursi DPRD Solo. Hanya tersisa PKS yang enggan mendukung.
Sementara terkait calon independen, mereka menilai Bajo sebagai sosok yang tiba-tiba muncul. Bahkan mereka khawatir jika Bajo ternyata adalah calon boneka agar tidak terjadi kotak kosong.
"Kemarin informasinya Bawaslu memperbolehkan kampanye golput. Tapi kita tetap diskusikan dulu, karena kita juga tidak mau kena delik. Kalau memang ini diperbolehkan, saya kira akan menjadi pola kampanye baru," kata aktivis budaya yang sebelumnya menjadi penggerak kotak kosong, Zen Zulkarnaen saat dihubungi detikcom, Selasa (1/9).
Zenzul, sapaannya, bukan sekadar mengajak golput. Dia justru mengajak masyarakat berbondong-bondong datang ke TPS, namun untuk mencoblos semua gambar pasangan calon di Pilkada Solo.
"Kita tetap ajak masyarakat berpartisipasi datang ke TPS. Tapi karena pilihannya dua itu, kami ajak tidak memilih dengan cara mencoblos keduanya. Artinya kan suaranya tidak sah," kata Zenzul.
Dia meyakini berapapun suara yang tidak sah nanti tetap akan meruntuhkan legitimasi dari Gibran-Teguh. Sebab diperkirakan suara dari Bajo nanti tidak akan signifikan.
"Nanti kalaupun mereka menang 90 persen. Saya yakin angka abstainnya tinggi. Ini fungsinya seperti kotak kosong, untuk mengoreksi sistem yang salah," ujar dia.(dtk)