DEMOKRASI.CO.ID - Persatuan antara kelompok-kelompok yang bertikai di Palestina mulai terbentuk. Meski memiliki perbedaan pendapat, baik Hamas dan Fatah kompak melawan Israel.
Perdamaian di antara mereka terjadi setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain melakukan normalisasi dengan Israel, masing-masing pada 13 Agustus dan 11 September.
Kekompakan Palestina terlihat dari pujian Kepala Hamas, Ismail Haniyeh atas pidato yang disampaikan oleh presiden Mahmoud Abbas di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu (26/9).
Dimuat Anadolu Agency, melalui panggilan telepon, Haniyeh mengatakan pidato Abbas pada Jumat (25/9) mencerminkan momen bersejarah yang dilalui oleh Palestina.
Membalas Haniyeh, Abbas menekankan dukungannya terhadap upaya yang bertujuan untuk mempromosikan dialog antara Fatah, Hamas, dan faksi lain, salah satunya menggelar pemilihan.
“(Hamas) mendukung dialog untuk membangun front nasional untuk melawan konspirasi terhadap rakyat (Palestina),” ujar Haniyeh.
Dalam pidatonya, Abas mengakui adanya kelelahan dunia internasional untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Namun ia menegaskan telah menolak proposal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang hanya menguntungkan Israel. Alih-alih, ia meminta proses perdamaian yang sepakati kedua belah pihak.
“Tidak akan ada perdamaian, keamanan, stabilitas, hidup berdampingan di wilayah kami tanpa mengakhiri pendudukan. Kami tidak akan menyerah. Kami tidak akan berkompromi. Dan kami akan menang,” tekan Abbas.
“Kami tidak akan tunduk atau mengabaikan hak kami meskipun ada blokade tidak adil yang menargetkan keputusan nasional kami,” tandasnya.