DEMOKRASI.CO.ID - Wasekjen DPP PA 212, Novel Bamukmin geram dengan pernyataan Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi yang menyebut kelompok radikal masuk masjid anak good looking.
Novel menilai peryataan Menag sudah mendesikriditkan Islam. Padahal, lewat pendidikan agama lah yang dapat menyelamatkan generasi muda dari faham radikal.
“Gila juga itu orang (Menag), karena boleh dikatakan hal seperti itu mengada-ngada dan mendiskriditkan suatu paham,” kata Novel saat dihubungi Pojoksatu.id, Sabtu (5/9/2020).
Novel menyebut pernyataan Menag yang kerap mengkambinghitamkan Islam merupakan bukti dangkalnya pemahaman Fachrul Razi terhadap Islam.
“Komen-komennya yang tidak dipahami oleh keterbatasan pengetahuan agamanya yang sangat minim sehingga makin kelihatan kegagalan pahamnya terhadap agama,” beber Novel
Anak buah Habib Rizieq ini lantas ini mengkritik kepemimpinan Menag Fachrul Razi dengan mengutip sebuah hadis terkait seorang pemimpin yang bukan ahlinya.
“Jka urusan yang diserahkan oleh bukan ahlinya maka tinggal tunggu kehancurannya,” ujar Novel dengan mengutip hadis Nabi.
Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi membeberkan cara masuknya kelompok maupun paham-paham radikalisme ke masjid yang ada di lingkungan pemerintahan, BUMN, dan di tengah masyarakat.
Salah satunya dengan menempatkan orang yang memiliki paham radikal dengan kemampuan keagamaan dan penampilan yang tampak mumpuni.
“Caranya masuk mereka gampang; pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan Bahasa Arabnya bagus, hafiz (hafal Alquran), mereka mulai masuk,” kata Fachrul dalam webinar bertajuk ‘Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara’, di kanal Youtube Kemenpan RB, Rabu (2/9).
Fachrul menyatakan orang itupun perlahan-lahan bisa mendapatkan simpati dari para pengurus dan para jemaah masjid. Salah satu indikatornya, orang tersebut dipercaya menjadi imam hingga diangkat menjadi salah satu pengurus masjid.
Setelah mendapatkan posisi strategis tersebut, lanjut Fachrul, orang itu mulai merekrut sesama rekan-rekannya yang memiliki pemahaman radikal lainnya masuk menjadi pengurus masjid.