DEMOKRASI.CO.ID - Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), USS Durham, hancur dan tenggelam setelah dihantam tiga rudal anti-kapal. Peristiwa ini terjadi di Samudera Pasifik, Minggu 30 Agustus 2020 lalu.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Breaking Defense, kapal perang USS Durham jadi sasaran tembak kapal fregat militer Kanada, HMCS Regina, kapal perusak militer AS, USS Lake Erie, kapal patroli Brunei Darussalam, KDB Darulehsan, dan kapal selam tempur USS Jefferson City.
Kapal USS Durham sendiri memang sudah penisun dari tugasnya bersama Angkatan Laut Amerika, sejak 25 Februari 1994. Kapal angkut militer AS ini ditenggelamkan setelah dijadikan target dalam latihan gabungan militer AS dengan sejumlah negara bertajuk RIMPAC 2020.
Dua rudal anti-kapal yang diluncurkan HMCS Regina dan USS Lake Erie, merobek lambung kapal USS Durham. Setelah itu, giliran KDB Daruleshan yang menyerang USS Durham dengan rudal Exocet buatan Prancis. Yang terakhir, kapal selam USS Jefferson City melepas torpedo MK-48, yang mengirim kapal tua itu tenggelam ke dasar Samudera Pasifik.
USS Durham mulai dibangun sejak 10 Juli 1967 hingga diperkenalkan kepada publik pada 24 Maret 1968. Kapal ini resmi memasuki masa tugas bersama Angkatan Laut AS pada 24 Mei 1969. Sepanjang tugasnya, USS Durham pernah jadi pembawa pasukan, logistik, hingga persenjataan pada Perang Vietnam (1955-1975), dan Perang Teluk (1990-1991).
Latihan gabungan RIMPAC memang menjadi kegiatan rutin yang dikuti oleh sejumlah negara selain Amerika dan Australia.
Menurut laporan US Naval Institute yang dikutip VIVA Militer, RIMPAC 2020 diikuti oleh 10 negara. Brunei Darussalam, Kanada, Prancis, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina, dan Singapura, ikut ambil bagian selain AS dan Australia.
Menurut keterangan Komandan RIMPAC 2020 yang juga menjabat Wakil Komandan Armada ke-3 militer AS, Laksamana Scott Conn, semula latihan gabungan ini akan diikuti oleh 30 negara dengan lebih dari 50 kapal perang dan kapal selam, lebih dari 200 pesawat, serta melibatkan 25 ribu personel. Akan tetapi, akibat pandemi Virus Corona (COVID-19), jumlah tersebut diturunkan secara signifikan.
"Awalnya, RIMPAC 2020 direncanakan untuk mencakup hingga 30 negara, lebih dari 50 kapal perang dan kapal selam, lebih dari 200 pesawat, dan 25.000 personel. Itu akan menjadi RIMPAC terbesar hingga saat ini," ucap Conn.
"Kami telah menurunkannya menjadi 10 negara, 22 kapal, satu kapal selam, dan sekitar 5.300 personel yang secara keseluruhan berada di laut," katanya.
Latihan gabungan bertajuk RIMPAC 2020 memiliki arti penting bagi militer AS dan negara-negara sekutunya. Ajang ini dinilai sebagai salah satu aksi unjuk kekuatan dari AS dan sekutunya menyusul ketegangan dengan China yang kian meningkat.[viva]