DEMOKRASI.CO.ID - Keterlibatan Turki di sejumlah konflik membuat sejumlah pihak meyakini bahwa Recep Tayyip Erdogan ingin tampil menjadi pemimpin Islam dunia. Dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina dan organisasi sayap militer Hamas, jadi bukti lain bahwa Presiden Turki ingin membangkitkan kembali kekuatan Islam.
VIVA Militer memperoleh data dari laporan surat kabar Turki, Yeni Safak, yang dianggap sebagai corong Partai Keadilan dan Pembangunan tempat Erdogan bernaung. Pada 2018 lalu, surat kabar tersebut menulis sebuah artikel berjudul “Bagaimana Jika Tentara Islam Dibentuk Melawan Israel?”.
Secara terbuka Yeni Safak meminta 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk membentuk Tentara Islam bersama. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk melancarkan serangan terhadap Israel secara bersamaan, dari semua sudut.
Jika dilihat faktanya saat ini, Turki terlibat dalam Perang Saudara Suriah, Perang Saudara Libya, dan Perang Armenia-Azerbaijan. Sementara itu, Turki sendiri juga menghadapi konflik sengketa wilayah dengan Yunani dan Siprus.
Ide Erdogan untuk menyatukan seluruh kekuatan militer Islam, tak hanya memberikan rincian tentang kekuatan militer Muslim yang berbasis di sejumlah wilayah. Tetapi juga, disertai dengan peta interaktif yang menyediakan formasi pasukan Muslim gabungan.
Dalam laporan itu juga, Yeni Safak menjelaskan bahwa jika negara-negara Islam bergabung maka akan memiliki kekuatan pasukan sebanyak lebih dari 5,2 juta personel aktif. Sementara itu, total anggaran untuk mendukung pergerakan pasukan ini akan mencapai US$175 miliar, atau setara dengan Rp2.594 triliun.
Jumlah tersebut dipastikan akan membuat Tentara Islam digdaya. Pasalnya jika melihat data yang diambil VIVA Militer dari Global Firepower, jumlah kekuatan personel Tentara Islam akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Tak hanya itu, jumlah pasukan Muslim juga tetap lebih banyak jika militer Israel dibantu dua sekutu terbesarnya, Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Saat ini, IDF memiliki jumlah personel sebanyak 615 ribu. Kemudian, Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces) memiliki pasukan sebanyak 2,26 juta. Sementara itu, Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris hanya punya pasukan sekitar 275 ribu. Jika ditotal, maka kekuatan pasukan gabungan Israel, AS, dan Inggris, baru mencapai 3,1 juta.
Ambisi Erdogan secara bertahap dibuktikan. Beberapa waktu lalu, VIVA Militer juga melaporkan bahwa Turki telah membentuk koalisi bersama Iran dan Rusia untuk menentang pencaplokan wilayah Tepi Barat Palestina, oleh Pasukan Pertahanan Israel.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Iranian Students News Agency (ISNA), selain perwakilan Iran, Rusia, dan Turki, turut hadir juga delegasi Suriah dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Suriah, Geir Otto Pedersen, di Jenewa, Swiss, 24 Agustus 2020 lalu.
Salah satu yang menjadi fokus utama koalisi ketiga negara adalah penentangan Iran, Rusia, dan Turki terhadap serangan yang dilancarkan militer Israel ke Suriah. Ketiga negara sepakat bahwa apa yang dilakukan Israel adalah sebuah pelanggaran hukum internasional dan hukum humaniter berat.