DEMOKRASI.CO.ID - Konflik sengketa wilayah antara Turki dan Yunani masih berlangsung. Kedua negara masih bersikeras mengklaim Laut Aegea, wilayah yang disengketakan, adalah bagian dari teritorialnya. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, kembali memberi pernyataan yang menyiratkan negaranya siap jika harus menyelesaikan masalah ini lewat perang.
Romantisme kejayaan Kerajaan Ottoman (Utsmaniyah) jadi pelajaran dan sikap yang ditunjukkan Erdogan, bagaimana mempertahankan kedaulatan Turki. Menurut laporan Orthodox Times yang dikutip VIVA Militer, Erdogan lagi-lagi menunjukkan kesiapan negaranya menghadapi konflik horizontal.
Erdogan yang hadir dalam peringatan kemenangan Kerajaan Utsmaniyah dalam Pertempuran Preveza (28 September 1538) melawan armada laut sejumlah negara, memberikan pidato kenegaraan.
Melihat kehebatan armada laut Utsmaniyah dalam Pertempuran Preveza di bawah komando Laksamana Hayreddin Barbarossa, Erdogan ingin meningkatkan kekuatan Angkatan Laut Turki (TDK).
Pernyataan Erdogan tak lepas dari fakta konflik Turki-Yunani berlangsung di wilayah perairan. Tak hanya itu, Erdogan juga belajar dari kedatangan kapal induk Angkatan Laut Prancis, Charles de Gaulle, yang dikerahkan untuk mendukung Yunani.
“Peristiwa baru-baru ini di dunia, terutama di (Laut) Mediterania, menunjukkan kepada kita bahwa kita harus lebih kuat di laut. Kami melanjutkan dengan keyakinan dan keinginan yang teguh untuk mempertahankan dan melindungi hak dan kepentingan kami di laut. Kami sepenuhnya menyadari, betapa pentingnya mempertahankan Tanah Air Biru kami,” ujar Erdogan.
“Menyusul kemenangan di Preveza, Kekaisaran Ottoman memperkuat dominasinya di Mediterania dan menunjukkan kekuatan Angkatan Laut Turki di seluruh dunia. Kami bangga dengan warisan besar ini, yang diwariskan kepada angkatan laut kami, yang akan terus melakukan hal yang sama di masa mendatang untuk menjadi semakin kuat,” katanya.
Perlu diketahui, penyebab Perang Preveza yang terjadi 482 tahun lalu sama dengan konflik Turki dan Yunani. Menurut sumber yang dikutip VIVA Militer dari buku karya John Hattendorf dan Ernest King, “Naval Strategy dan Power in the Mediterranean: Past, Present and Future”, Kekaisaran Utsmaniyah terlibat konflik sengketa wilayah dengan Republik Venezia.
Republik Venezia disebut telah mengklaim sejumlah pulau yakni, Syros, Aegina, Ios, Paros, Tinos, Karpathos, Kasos, dan Naxos. Kekaisaran Utsmaniyah pun geram dengan aksi tersebut. Kemudian pada 1537, Laksamana Hayreddin Barbarossa memimpin armada tempur laut dan berhasil merebut seluruh pulau.
Setahun berselang, Paus Paulus III (Alessandro Farnese), membentuk Liga Suci (Holy League), untuk merebut kembali sejumlah pulau tersebut. Liga Suci ini diperkuat oleh armada tempur dari Negara Gereja seperti Republik Venezia, Spanyol, Portugal, Republik Genoa, dan Kstaria Malta.